Asep Supriadi

aku manusia biasa yang tak punya keahlian / kelebihan apapun, tak bermaksud mengajari / menggurui, hanya belajar dan sedikit sharing kepada pembaca yang budiman, semoga apa yang dituangkan dalam blog ini bermanfaat bagi kita, aamiiinn...

Kamis, 11 Oktober 2012

Hidup zuhud


1. Keimanan yang kuat dan selalu ingat bagaimana ia berdiri di hadapan Allah pada hari kiamat guna mempertanggung-jawabkan segala amalnya, yang besar maupun yang kecil, yang tampak ataupun yang tersembunyi. Ingat! betapa dahsyatnya peristiwa datangnya hari kiamat kelak. Hal itu akan membuat kecintaannya terhadap dunia dan kelezatannya menjadi hilang dalam hatinya, kemudian meninggalkannya dan merasa cukup dengan hidup sederhana.

2. Merasakan bahwa dunia itu membuat hati terganggu dalam berhubungan dengan Allah, dan membuat seseorang merasa jauh dari kedudukan yang tinggi di akhirat kelak, dimana dia akan ditanya tentang kenikmatan dunia yang telah ia peroleh, sebagaimana firman Allah,yang artinya :“Bermegah-megahan Telah melalaikan kamu[1598], Sampai kamu masuk ke dalam kubur. Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu), Dan janganlah begitu, kelak kamu akan Mengetahui. Janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin, Niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka Jahiim, Dan Sesungguhnya kamu benar-benar akan melihatnya dengan 'ainul yaqin[1599]. Kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu). (QS. At-Takaatsur: 1-8)

[1598] Maksudnya: Bermegah-megahan dalam soal banyak harta, anak, pengikut, kemuliaan, dan seumpamanya Telah melalaikan kamu dari ketaatan. [1599] 'Ainul yaqin artinya melihat dengan mata kepala sendiri sehingga menimbulkan keyakinan yang kuat.
Perasaan seperti ini akan mendorong seorang hamba untuk hidup zuhud.http://alcsukajaya.blogspot.com

3. Dunia hanya akan didapatkan dengan susah payah dan kerja keras, mengorbankan tenaga dan pikiran yang sangat banyak, dan kadang-kadang terpaksa harus bergaul dengan orang-orang yang berperangai jahat dan buruk. Berbeda halnya jika menyibukkan diri dengan berbagai macam ibadah; jiwa menjadi tentram dan hati merasa sejuk, menerima takdir Allah dengan tulus dan sabar, ditambah akan menerima balasan di akhirat. Dua hal di atas jelas berbeda dan (setiap orang) tentu akan memilih yang lebih baik dan kekal.

4. Merenungkan ayat-ayat Al-Qur’an yang banyak menyebutkan tentang kehinaan dan kerendahan dunia serta kenikmatannya yang menipu (manusia). Dunia hanyalah tipu daya, permainaan dan kesia-siaan belaka. Allah mencela orang-orang yang mengutamakan kehidupan dunia yang fana ini daripada kehidupan akhirat, sebagaimana dalam firman-Nya,


“Adapun orang yang melampaui batas, dan lebih mengutamakan kehidupan dunia, maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggal(nya).” (QS. An-Naaziat: 37-39)

Dalam ayat yang lainnya Allah berfirman : "Tetapi kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi. Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal.” (QS. Al-A’laa: 16-17)

Semua dalil-dalil, baik dari Al-Qur’an maupun as-Sunnah, mendorong seorang yang beriman untuk tidak terlalu bergantung kepada dunia dan lebih mengharapkan akhirat yang lebih baik dan lebih kekal.

Senin, 13 Agustus 2012

Perjalanan Menuju Akhirat

Hari akhirat, hari setelah kematian yang wajib diyakini kebenarannya oleh setiap orang yang beriman kepada Allah ta’ala dan kebenaran agama-Nya. Hari itulah hari pembalasan semua amal perbuatan manusia, hari perhitungan yang sempurna, hari ditampakkannya semua perbuatan yang tersembunyi sewaktu di dunia, hari yang pada waktu itu orang-orang yang melampaui batas akan berkata dengan penuh penyesalan.

يَا لَيْتَنِي قَدَّمْتُ لِحَيَاتِي
Duhai, alangkah baiknya kiranya aku dahulu mengerjakan (amal saleh) untuk hidupku ini.” (Qs. Al Fajr: 24)

Maka seharusnya setiap muslim yang mementingkan keselamatan dirinya benar-benar memberikan perhatian besar dalam mempersiapkan diri dan mengumpulkan bekal untuk menghadapi hari yang kekal abadi ini. Karena pada hakikatnya, hari inilah masa depan dan hari esok manusia yang sesungguhnya, yang kedatangan hari tersebut sangat cepat seiring dengan cepat berlalunya usia manusia. 

Allah ta’ala berfirman :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Qs. Al Hasyr: 18)

Dalam menafsirkan ayat di atas Imam Qotadah berkata: “Senantiasa tuhanmu (Allah) mendekatkan (waktu terjadinya) hari kiamat, sampai-sampai Dia menjadikannya seperti besok.” (Dinukil oleh Ibnul Qayyim dalam kitab beliau Ighaatsatul Lahfan (hal. 152 – Mawaaridul Amaan).

Beliau (Abu Qatadah) adalah Qotadah bin Di’aamah As Saduusi Al Bashri (wafat setelah tahun 110 H), imam besar dari kalangan tabi’in yang sangat terpercaya dan kuat dalam meriwayatkan hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. (lihat kitab Taqriibut Tahdziib, hal. 409)

Semoga Allah ta’ala meridhai sahabat yang mulia Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu yang mengingatkan hal ini dalam ucapannya yang terkenal: “Hisab-lah (introspeksilah) dirimu (saat ini) sebelum kamu di-hisab (diperiksa/dihitung amal perbuatanmu pada hari kiamat), dan timbanglah dirimu (saat ini) sebelum (amal perbuatan)mu ditimbang (pada hari kiamat), karena sesungguhnya akan mudah bagimu (menghadapi) hisab besok (hari kiamat) jika kamu (selalu) mengintrospeksi dirimu saat ini, dan hiasilah dirimu (dengan amal shaleh) untuk menghadapi (hari) yang besar (ketika manusia) dihadapkan (kepada Allah ta’ala):
يَوْمَئِذٍ تُعْرَضُونَ لا تَخْفَى مِنْكُمْ خَافِيَةٌ

“Pada hari itu kamu dihadapkan (kepada Allah), tiada sesuatupun dari keadaanmu yang tersembunyi (bagi-Nya).” (Qs. Al Haaqqah: 18). (Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam kitab beliau Az Zuhd (hal. 120), dengan sanad yang hasan)

Senada dengan ucapan di atas sahabat yang mulia Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu berkata: “Sesungguhnya dunia telah pergi meninggalkan (kita) sedangkan akhirat telah datang di hadapan (kita), dan masing-masing dari keduanya (dunia dan akhirat) memiliki pengagum, maka jadilah kamu orang yang mengagumi/mencintai akhirat dan janganlah kamu menjadi orang yang mengagumi dunia, karena sesungguhnya saat ini (waktunya) beramal dan tidak ada perhitungan, adapun besok (di akhirat) adalah (saat) perhitungan dan tidak ada (waktu lagi untuk) beramal.” (Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Az Zuhd (hal. 130) dan dinukil oleh Imam Ibnu Rajab Al Hambali dalam kitab beliau Jaami’ul ‘uluumi wal hikam (hal. 461)).

Jadilah kamu di dunia seperti orang asing…

Dunia tempat persinggahan sementara dan sebagai ladang akhirat tempat kita mengumpulkan bekal untuk menempuh perjalanan menuju negeri yang kekal abadi itu. Barangsiapa yang mengumpulkan bekal yang cukup maka dengan izin Allah dia akan sampai ke tujuan dengan selamat, dan barang siapa yang bekalnya kurang maka dikhawatirkan dia tidak akan sampai ke tujuan.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan kepada kita sikap yang benar dalam kehidupan di dunia dalam sabda beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Jadilah kamu di dunia seperti orang asing atau orang yang sedang melakukan perjalanan.” (HR. Al Bukhari no. 6053)

Hadits ini merupakan bimbingan bagi orang yang beriman tentang bagaimana seharusnya dia menempatkan dirinya dalam kehidupan di dunia. Karena orang asing (perantau) atau orang yang sedang melakukan perjalanan adalah orang yang hanya tinggal sementara dan tidak terikat hatinya kepada tempat persinggahannya, serta terus merindukan untuk kembali ke kampung halamannya.

Demikianlah keadaan seorang mukmin di dunia yang hatinya selalu terikat dan rindu untu kembali ke kampung halamannya yang sebenarnya, yaitu surga tempat tinggal pertama kedua orang tua kita, Adam ‘alaihis salam dan istrinya Hawa, sebelum mereka berdua diturunkan ke dunia.

Dalam sebuah nasehat tertulis yang disampaikan Imam Hasan Al Bashri kepada Imam Umar bin Abdul Azizi, beliau berkata: “…Sesungguhnya dunia adalah negeri perantauan dan bukan tempat tinggal (yang sebenarnya), dan hanyalah Adam ‘alaihis salam diturunkan ke dunia ini untuk menerima hukuman (akibat perbuatan dosanya)…” (Dinukil oleh Ibnul Qayyim dalam kitab beliau Ighaatsatul Lahfaan (hal. 84 – Mawaaridul Amaan))

Dalam mengungkapkan makna ini Ibnul Qayyim berkata dalam bait syairnya:

Marilah (kita menuju) surga ‘adn (tempat menetap) karena sesungguhnya itulah
Tempat tinggal kita yang pertama, yang di dalamnya terdapat kemah (yang indah)
Akan tetapi kita (sekarang dalam) tawanan musuh (setan), maka apakah kamu melihat
Kita akan (bisa) kembali ke kampung halaman kita dengan selamat?
(Miftaahu Daaris Sa’aadah (1/9-10), juga dinukil oleh Ibnu Rajab dalam kitab beliau Jaami’ul ‘Uluumi Wal Hikam (hal. 462))

Sikap hidup ini menjadikan seorang mukmin tidak panjang angan-angan dan terlalu muluk dalam menjalani kehidupan dunia, karena “barangsiapa yang hidup di dunia seperti orang asing, maka dia tidak punya keinginan kecuali mempersiapkan bekal yang bermanfaat baginya ketika kembali ke kampung halamannya (akhirat), sehingga dia tidak berambisi dan berlomba bersama orang-orang yang mengejar dunia dalam kemewahan (dunia yang mereka cari), karena keadaanya seperti seorang perantau, sebagaimana dia tidak merasa risau dengan kemiskinan dan rendahnya kedudukannya di kalangan mereka.” (Ucapan Imam Ibnu Rajab dalam kitab beliau Jaami’ul ‘Uluumi Wal Hikam (hal. 461), dengan sedikit penyesuaian)

Makna inilah yang diisyaratkan oleh sahabat yang meriwayatkan hadits di atas, Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhu ketika beliau berkata: “Jika kamu (berada) di waktu sore maka janganlah tunggu datangnya waktu pagi, dan jika kamu (berada) di waktu pagi maka janganlah tunggu datangnya waktu sore, serta gunakanlah masa sehatmu (dengan memperbanyak amal shaleh sebelum datang) masa sakitmu, dan masa hidupmu (sebelum) kematian (menjemputmu).” (Diriwayatkan oleh imam Al Bukhari dalam kitab Shahihul Bukhari, no. 6053).

Bahkan inilah makna zuhud di dunia yang sesungguhnya, sebagaimana ucapan Imam Ahmad bin Hambal ketika beliau ditanya: Apakah makna zuhud di dunia (yang sebenarnya)? Beliau berkata: “(Maknanya adalah) tidak panjang angan-angan, (yaitu) seorang yang ketika dia (berada) di waktu pagi dia berkata: Aku (khawatir) tidak akan (bisa mencapai) waktu sore lagi.” (Dinukil oleh oleh Ibnu Rajab dalam kitab beliau Jaami’ul ‘Uluumi Wal Hikam (hal. 465)
وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوى

Berbekallah, dan sungguh sebaik-baik bekal adalah takwa

Sebaik-baik bekal untuk perjalanan ke akhirat adalah takwa, yang berarti “menjadikan pelindung antara diri seorang hamba dengan siksaan dan kemurkaan Allah yang dikhawatirkan akan menimpanya, yaitu (dengan) melakukan ketaatan dan menjauhi perbuatan maksiat kepada-Nya.” (Ucapan Imam Ibnu Rajab dalam kitab Jaami’ul ‘Uluumi Wal Hikam (hal. 196)

Maka sesuai dengan keadaan seorang hamba di dunia dalam melakukan ketaatan kepada Allah dan meninggalkan perbuatan maksiat, begitu pula keadaannya di akhirat kelak. Semakin banyak dia berbuat baik di dunia semakin banyak pula kebaikan yang akan di raihnya di akhirat nanti, yang berarti semakin besar pula peluangnya untuk meraih keselamatan dalam perjalanannya menuju surga.

Inilah diantara makna yang diisyaratkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabda beliau: “Setiap orang akan dibangkitkan (pada hari kiamat) sesuai dengan (keadaannya) sewaktu dia meninggal dunia.” (HR. Muslim, no. 2878).

Artinya: Dia akan mendapatkan balasan pada hari kebangkitan kelak sesuai dengan amal baik atau buruk yang dilakukannya sewaktu di dunia. (Lihat penjelasan Al Munaawi dalam kitab beliau Faidhul Qadiir (6/457))

Landasan utama takwa adalah dua kalimat syahadat: Laa ilaaha illallah dan Muhammadur Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Oleh karena itu, sebaik-baik bekal yang perlu dipersiapkan untuk selamat dalam perjalanan besar ini adalah memurnikan tauhid (mengesakan Allah ta’ala dalam beribadah dan menjauhi perbuatan syirik) yang merupakan inti makna syahadat Laa ilaaha illallah dan menyempurnakan al ittibaa’ (mengikuti sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan menjauhi perbuatan bid’ah) yang merupakan inti makna syahadat Muhammadur Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Maka dari itu, semua peristiwa besar yang akan dialami manusia pada hari kiamat nanti, Allah akan mudahkan bagi mereka dalam menghadapinya sesuai dengan pemahaman dan pengamalan mereka terhadap dua landasan utama Islam ini sewaktu di dunia.

Fitnah (ujian keimanan) dalam kubur yang merupakan peristiwa besar pertama yang akan dialami manusia setelah kematiannya, mereka akan ditanya oleh dua malaikat: Munkar dan Nakir (Sebagaimana yang disebutkan dalam hadits riwayat At Tirmidzi (no. 1083) dan dinyatakan shahih oleh Syaikh Al Albani dalam Ash Shahiihah, no. 1391) dengan tiga pertanyaan: Siapa Tuhanmu?, apa agamamu? dan siapa nabimu? (Sebagaimana yang disebutkan dalam hadits shahih riwayat Ahmad (4/287-288), Abu Dawud, no. 4753 dan Al Hakim (1/37-39), dinyatakan shahih oleh Al Hakim dan disepakati oleh Adz Dzahabi.).

Allah hanya menjanjikan kemudahan dan keteguhan iman ketika mengahadapi ujian besar ini bagi orang-orang yang memahami dan mengamalkan dua landasan Islam ini dengan benar, sehingga mereka akan menjawab: Tuhanku adalah Allah, agamaku adalah Islam dan Nabiku adalah Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Allah ta’ala berfirman:

يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآخِرَةِ وَيُضِلُّ اللَّهُ الظَّالِمِينَ وَيَفْعَلُ اللَّهُ مَا يَشَاءُ

“Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ‘ucapan yang teguh’ dalam kehidupan di dunia dan di akhirat, dan Allah menyesatkan orang-orang yang zalim dan memperbuat apa yang Dia kehendaki.” (Qs. Ibrahim: 27)

Makna ‘ucapan yang teguh’ dalam ayat di atas ditafsirkan sendiri oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits shahih yang diriwayatkan oleh sahabat yang mulia Al Bara’ bin ‘Aazib radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Seorang muslim ketika ditanya di dalam kubur (oleh Malaikat Munkar dan Nakir) maka dia akan bersaksi bahwa tidak ada sembahan yang benar kecuali Allah (Laa Ilaaha Illallah) dan bahwa Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah utusan Allah (Muhammadur Rasulullah), itulah (makna) firman-Nya: Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ‘ucapan yang teguh’ dalam kehidupan di dunia dan di akhirat.” (HR.Al Bukhari (no. 4422), hadits yang semakna juga diriwayatkan oleh Imam Muslim (no. 2871)

Termasuk peristiwa besar pada hari kiamat, mendatangi telaga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang penuh kemuliaan, warna airnya lebih putih daripada susu, rasanya lebih manis daripada madu, dan baunya lebih harum daripada minyak wangi misk (kesturi), barangsiapa yang meminum darinya sekali saja maka dia tidak akan kehausan selamanya (Semua ini disebutkan dalam hadits yang shahih riwayat imam Al Bukhari (no. 6208) dan Muslim (no. 2292).

Semoga Allah menjadikan kita semua termasuk orang-orang yang dimudahkan minum darinya). Dalam hadits yang shahih (Riwayat Imam Al Bukhari (no. 6211) dan Muslim (no. 2304) dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu) juga disebutkan bahwa ada orang-orang yang dihalangi dan diusir dari telaga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ini.

Karena mereka sewaktu di dunia berpaling dari petunjuk dan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada pemahaman dan perbuatan bid’ah, sehingga di akhirat mereka dihalangi dari kemuliaan meminum air telaga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, sebagai balasan yang sesuai dengan perbuatan mereka.

Imam Ibnu Abdil Barr berkata: “Semua orang yang melakukan perbuatan bid’ah yang tidak diridhai Allah dalam agama ini akan diusir dari telaga Rasululah shallallahu ‘alaihi wa sallam (pada hari kiamat nanti), dan yang paling parah di antara mereka adalah orang-orang (ahlul bid’ah) yang menyelisihi (pemahaman) jama’ah kaum muslimin, seperti orang-orang khawarij, Syi’ah Rafidhah dan para pengikut hawa nafsu, demikian pula orang-orang yang berbuat zhalim yang melampaui batas dalam kezhaliman dan menentang kebenaran, serta orang-orang yang melakukan dosa-dosa besar secara terang-terangan, semua mereka ini dikhawatirkan termasuk orang-orang yang disebutkan dalam hadits ini (yang diusir dari telaga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam). (Kitab Syarh Az Zarqaani ‘Ala Muwaththa-il Imaami Maalik, 1/65)

Beliau (Ibnu Abdil Barr) adalah Yusuf bin Abdullah bin Muhammad bin Abdul Barr An Namari Al Andalusi (wafat 463 H), syaikhul Islam dan imam besar ahlus Sunnah dari wilayah Magrib, penulis banyak kitab hadits dan fikih yang sangat bermanfaat. Biografi beliau dalam kitab Tadzkiratul Huffaazh (3/1128).

Demikian pula termasuk peristiwa besar pada hari kiamat, melintasi ash shiraath (jembatan) yang dibentangkan di atas permukaan neraka Jahannam, di antara surga dan neraka. Dalam hadits yang shahih (Riwayat imam Al Bukhari (no. 7001) dan Muslim (no. 183) dari Abu Sa’id Al Khudri radhiyallahu ‘anhu) disebutkan bahwa keadaan orang yang melintasi jembatan tersebut bermacam-macam sesuai dengan amal perbuatan mereka sewaktu di dunia.

“Ada yang melintasinya secepat kerdipan mata, ada yang secepat kilat, ada yang secepat angin, ada yang secepat kuda pacuan yang kencang, ada yang secepat menunggang onta, ada yang berlari, ada yang berjalan, ada yang merangkak, dan ada yang disambar dengan pengait besi kemudian dilemparkan ke dalam neraka Jahannam” – na’uudzu billahi min daalik – (Ucapan syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah dalam kitab beliau Al Aqiidah al Waasithiyyah, hal. 20) .

Syaikh Muhammad bin Shaleh Al ‘Utsaimin ketika menjelaskan sebab perbedaan keadaan orang-orang yang melintasi jembatan tersebut, beliau berkata: “Ini semua (tentu saja) bukan dengan pilihan masing-masing orang, karena kalau dengan pilihan (sendiri) tentu semua orang ingin melintasinya dengan cepat, akan tetapi (keadaan manusia sewaktu) melintasi (jembatan tersebut) adalah sesuai dengan cepat (atau lambatnya mereka) dalam menerima (dan mengamalkan) syariat Islam di dunia ini;

Barangsiapa yang bersegera dalam menerima (petunjuk dan sunnah) yang dibawa oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka diapun akan cepat melintasi jembatan tersebut, dan (sebaliknya) barangsiapa yang lambat dalam hal ini, maka diapun akan lambat melintasinya; sebagai balasan yang setimpal, dan balasan (perbuatan manusia) adalah sesuai dengan jenis perbuatannya.” (Kitab Syarhul Aqiidatil Waasithiyyah, 2/162)

وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِينَ
Balasan akhir yang baik (yaitu Surga) bagi orang-orang yang bertakwa

Akhirnya, perjalanan manusia akan sampai pada tahapan akhir; surga yang penuh kenikmatan, atau neraka yang penuh dengan siksaan yang pedih. Di sinilah Allah ta’ala akan memberikan balasan yang sempurna bagi manusia sesuai dengan amal perbuatan mereka di dunia. 
Allah ta’ala berfirman:

فَأَمَّا مَنْ طَغَى وَآثَرَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا فَإِنَّ الْجَحِيمَ هِيَ الْمَأْوَى، وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَى فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَى

“Adapun orang-orang yang melampaui batas, dan lebih mengutamakan kehidupan dunia, maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggal(nya). Adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Rabbnya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal(nya)” (Qs. An Naazi’aat: 37-41).

Maka balasan akhir yang baik hanyalah Allah peruntukkan bagi orang-orang yang bertakwa dan membekali dirinya dengan ketaatan kepada-Nya, serta menjauhi perbuatan yang menyimpang dari agama-Nya. Allah ta’ala berfirman:

تِلْكَ الدَّارُ الْآخِرَةُ نَجْعَلُهَا لِلَّذِينَ لا يُرِيدُونَ عُلُوّاً فِي الْأَرْضِ وَلا فَسَاداً وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِينَ

“Negeri akhirat itu, Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan (maksiat) di (muka) bumi, dan kesudahan (yang baik) itu (surga) adalah bagi orang-orang yang bertakwa.” (Qs. Al Qashash: 83)

Syaikh Abdurrahman As Sa’di berkata: “…Jika mereka (orang-orang yang disebutkan dalam ayat ini) tidak mempunyai keinginan untuk menyombongkan diri dan berbuat kerusakan (maksiat) di (muka) bumi, maka konsekwensinya (berarti) keinginan mereka (hanya) tertuju kepada Allah, tujuan mereka (hanya mempersiapkan bekal untuk) negeri akhirat, dan keadan mereka (sewaktu di dunia): selalu merendahkan diri kepada hamba-hamba Allah, serta selalu berpegang kepada kebenaran dan mengerjakan amal shaleh, mereka itulah orang-orang bertakwa yang akan mendapatkan balasan akhir yang baik (surga dari Allah ta’ala).” (Taisiirul Kariimir Rahmaan fi Tafsiiri Kalaamil Mannaan, hal. 453)

Penutup

Setelah kita merenungi tahapan-tahapan perjalanan besar ini, marilah kita bertanya kepada diri kita sendiri: sudahkah kita mempersiapkan bekal yang cukup supaya selamat dalam perjalanan tersebut? Kalau jawabannya: belum, maka jangan putus asa, masih ada waktu untuk berbenah diri dan memperbaiki segala kekurangan kita -dengan izin Allah ta’ala- .

Caranya, bersegeralah untuk kembali dan bertobat kepada Allah, serta memperbanyak amal shaleh pada sisa umur kita yang masih ada. Dan semua itu akan mudah bagi orang yang Allah berikan taufik dan kemudahan baginya.

Imam Fudhail bin ‘Iyaadh pernah menasehati seseorang lelaki, beliau berkata: “Berapa tahun usiamu (sekarang)”? Lelaki itu menjawab: Enam puluh tahun. Fudhail berkata: “(Berarti) sejak enam puluh tahun (yang lalu) kamu menempuh perjalanan menuju Allah dan (mungkin saja) kamu hampir sampai”. Lelaki itu menjawab: Sesungguhnya kita ini milik Allah dan akan kembali kepada-Nya.

Maka Fudhail berkata: “Apakah kamu paham arti ucapanmu? Kamu berkata: Aku (hamba) milik Allah dan akan kembali kepada-Nya, barangsiapa yang menyadari bahwa dia adalah hamba milik Allah dan akan kembali kepada-Nya, maka hendaknya dia mengetahui bahwa dia akan berdiri (di hadapan-Nya pada hari kiamat nanti), dan barangsiapa yang mengetahui bahwa dia akan berdiri (di hadapan-Nya) maka hendaknya dia mengetahui bahwa dia akan dimintai pertanggungjawaban (atas perbuatannya selama di dunia),

Dan barangsiapa yang mengetahui bahwa dia akan dimintai pertanggungjawaban (atas perbuatannya) maka hendaknya dia mempersiapkan jawabannya.” Maka lelaki itu bertanya: (Kalau demikian) bagaimana caranya (untuk menyelamatkan diri ketika itu)? 

Fudhail menjawab: “(Caranya) mudah.” Leleki itu bertanya lagi: Apa itu? Fudhail berkata: “Engkau memperbaiki (diri) pada sisa umurmu (yang masih ada), maka Allah akan mengampuni (perbuatan dosamu) di masa lalu, karena jika kamu (tetap) berbuat buruk pada sisa umurmu (yang masih ada), kamu akan di siksa (pada hari kiamat) karena (perbuatan dosamu) di masa lalu dan pada sisa umurmu.” (Dinukil oleh Imam Ibnu Rajab dalam kitab Jaami’ul ‘Uluumi Wal Hikam, hal. 464)

Beliau (Fudhail bin ‘Iyaadh) adalah Fudhail bin ‘Iyaadh bin Mas’uud At Tamimi (wafat 187 H), seorang imam besar dari dari kalangan atba’ut tabi’in yang sangat terpercaya dalam meriwayatkan hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan seorang ahli ibadah (lihat kitab Taqriibut Tahdziib, hal. 403)

Akhirnya, kami menutup tulisan ini dengan doa dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam (dalam HR. Muslim, no. 2720) dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu) untuk kebaikan agama, dunia dan akhirat kita:

Ya Allah, perbaikilah agamaku yang merupakan penentu (kebaikan) semua urusanku, dan perbaikilah (urusan) duniaku yang merupakan tempat hidupku, serta perbaikilah akhiratku yang merupakan tempat kembaliku (selamanya), jadikanlah (masa) hidupku sebagai penambah kebaikan bagiku, dan (jadikanlah) kematianku sebagai penghalang bagiku dari semua keburukan.

وَصَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبَارَكَ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَآلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ، وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ


Selasa, 10 Juli 2012

RAHASIA IBLIS (SYAITAN)

Nabi SAW : “Hai iblis bagaimana perbuatanmu pada makhluk Allah ?”
Iblis :   “Adalah suatu kemajuan bagiku dalam menggoda / menyesatkan, yaitu bagi perempuan yang merenggangkan kedua pahanya kepada laki-laki yang bukan suaminya, sebagian diantaranya Allah SWT telah memerintahkan seorang malaikat untuk menemui iblis (syaitan) supaya dia (iblis) menghadap Rosulullah SAW untuk memberi tahu segala rahasianya (iblis), baik yang disukai maupun yang dibencinya.
Hikmahnya adalah untuk meningkatkan derajat Nabi Muhamad SAW dan sebagai peringatan serta perisai kepada umat manusia, maka malaikat itupun berjumpa/ menemui iblis dan berkata “ Hai iblis!!! bahwa Allah yang Maha Mulia dan Maha Besar memberi perintah kepadamu untuk menghadap Rosul Muhamad SAW, hendaklah engkau buka segala rahasiamu dan apapun yang ditanya Rasul, hendaklah engkau jawab dengan sebenar-benarnya, jika engkau berdusta walau satu katapun, niscaya akan terputus semua anggota badanmu serta disiksa dengan azab yang amat keras”.
Mendengar ucapan malaikat yang dasyat itu, iblis sangat ketakutan, maka segeralah dia menghadap Nabi Muhamad SAW dengan menyamar sebagai seorang laki-laki tua yang buta sebelah matanya, dan berjanggut putih sepuluh helai, panjangnya seperti ekor (buntut) lembu. Iblispun memberi salam sampai tiga kali, tapi tidak dijawab oleh Rasul SAW. Maka iblis berkata “alaihi laknat” ya Rosulullah! Mengapa engkau tidak menjawab salamku ?! bukankah salam itu sangat mulia disisi Allah?!”.
Kemudian Nabi SAW menjawab dengan tegas, “hai aduwullah seteru Allah!” kepadaku engkau menunjukan kebaikanmu, janganlah engkau mencoba menipuku sebagaimana kau tipu Nabi Adam AS sehingga beliau keluar dari syurga, Habil mati teraniaya dibunuh Qabil dengan sebab hasutanmu, Nabi Ayub engkau tiup dengan asap berracun ketika dia sedang sujud sembahyang hingga dia sengsara beberapa lama, kisah Nabi Daud dengan perempuan Urya, Nabi Sulaeman meninggalkan kerajaannya karena engkau menyamar sebagai isterinya dan begitu juga beberapa anbiya dan pendeta yang telah menanggung sengsara akibat hasutanmu.
Hai iblis! Sebenarnya salam itu sangat mulia disisi Allah Azza Wajalla, cuma salammu saja aku tidak hendak menjawabnya karena diharamkan Allah, maka aku kenal baik-baik engkaulah iblis, raja segala syaitan dan jin yang menyamar diri, apa hendakmu menemuiku laknat iblis?!
Jawab iblis “ya Nabi Allah..! janganlah engkau marah karena engkau adalah khatamul anbiya maka engkau dapat mengenali penyamaranku, kedatanganku adalah diperintah Allah untuk memberitahu segala tipu dayaku terhadap umatmu dari zaman Nabi Adam hingga akhir zaman. Ya Nabi Allah..setiap apa yang engkau tanyakan, aku bersedia menerangkan satu persatu dengan sebenarnya, tidaklah aku berani menyembunyikan/ berbohong walau satu kata.
Kemudian iblis bersumpah menyebut nama Allah dan berkata “ ya Rasulullah..! sekiranya aku berdusta walau sepatah katapun niscaya hancur leburlah badanku menjadi abu”.
Mendengar sumpah iblis itu, Nabipun tersenyum dan berkata dalam hatinya, “inilah satu peluangku untuk mengetahui segala perbuatannya agar didengar oleh sekalian sahabat yang ada di majlis ini dan menjadi perisai kepada seluruh umatku”.
Nabi SAW : “Hai iblis siapakah sebesar-besar musuhmu dan bagaimana aku terhadapmu ?”
Iblis : “Ya Nabi Allah..!  Engkau adalah musuhku yang paling besar diantara segala musuhku dimuka bumi ini”
Maka Nabipun memandang iblis itu, dan iblispun menggeletar karena ketakutan, lalu iblis berkata lagi…
“yaa khatamul anbiya, adapun aku dapat merubah diriku seperti manusia, binatang, dan lain-lain hingga rupa dan suara pun tidak berbeda, kecuali dirimu saja yang tidak dapat aku tiru karena dicegah oleh Allah. Sekiranya aku menyerupai dirimu, maka terbakarlah diriku menjadi abu. Aku cabut niat/itikad anak cucu Adam (manusia) supaya menjadi kafir karena engkau berusaha memberi nasihat dan pengajaran supaya mereka kuat untuk memeluk Agama Islam, begitu juga aku berusaha menarik mereka menjadi kafir, murtad atau munafik, aku akan menarik seluruh umat Islam dari jalan benar menuju ke jalan yang sesat, supaya mereka masuk ke dalam neraka dan kekal di dalamnya bersamaku”
hingga mengeluarkan benih yang salah sifatnya, aku goda semua manusia supaya meninggalkan shalat, terbuai dengan makan dan minum, berbuat durhaka, aku lalaikan mereka dengan harta benda daripada emas, perak, intan dan permata, rumahnya, tanahnya, ladangnya, supaya hasilnya dibelanjakan ke jalan haram.
Demikian juga ketika mereka berpesta yang bercampur antara lelaki dan perempuan, disana aku lepaskan sebesar-besar godaan supaya hilang peraturan dan minum arak. Apabila terminum arak itu maka hilanglah akal, pikiran, dan rasa malunya, lalu aku ulurkan tali cinta dan terbukalah beberapa pintu maksiat yang besar, kemudian datang perasaan hasud, dengki, sampai pada pekerja zina.
Apabila terjadi kasih antara mereka, terpaksalah mereka mencari uang dengan menjadi penipu, peminjam haram, bahkan mencuri, dan apabila mereka teringat akan kesalahan dan dosanya, lalu orang tersebut hendak bertaubat atau beramal soleh dan beribadah, aku akan tetap rayu mereka supaya mereka menangguhkan / menunda ibadahnya, bertambah keras aku goda mereka supaya terus menambahkan maksiat, ada diantara mereka yang sampai mengambil/menggoda isteri orang lain, bila tergoda hati perempuan itu, maka datanglah rasa bangga, ria, takabur, angkuh, megah, sombong, sehingga mereka lengah akan amal ibadah yang akan dikerjakannya itu, bila pada lidahnya.. mereka akan gemar berdusta, mencela orang lain, mengumpat dan lain-lain. Demikian mereka ku goda setiap saat”.
Nabi SAW : “Hai iblis ! mengapa engkau bersusah payah melakukan pekerjaan yang tidak mendatangkan faedah bahkan menambah laknat yang besar serta siksa yang besar di neraka yang paling bawah, hai yang dikutuk Allah?! siapa yang menjadikanmu? Siapa yang melanjutkan/ menambah panjang umurmu? Siapa yang menerangkan matamu ? siapa yang memberi pendengaranmu ? siapa yang memberi kekuatan anggota badanmu ?
Iblis : “Semua itu adalah anugerah dari Allah Yang Maha Besar juga, tapi karena nafsu dan takabur membuatku menjadi jahat sejahat-jahatnya. Engkau lebih tahu bahwa diriku telah beribu-ribu tahun menjadi ketua malaikat dan pangkatku telah dinaikan dari satu langit ke satu langit yang tinggi, kemudian aku tinggal di bumi ini beribadat bersama sekalian malaikat sampai beberapa waktu lamanya, tiba-tiba datang firman Allah SWT yang hendak menjadikan seorang khalifah di bumi ini, maka akupun membantah, lalu Allah menciptakan lelaki (Nabi Adam AS) lalu diperintahkan oleh Allah kepada seluruh malaikat untuk memberi hormat kepada lelaki itu (Nabi Adam AS) dan semua malaikat memberi hormat kecuali aku yang ingkar, oleh karena itu Allah sangat murka kepadaku dan wajahku yang tadinya tampan rupawan serta bercahaya berubah menjadi keji dan kelam, aku merasa sakit hati.
Kemudian Allah menjadikan Adam AS raja di syurga serta dikaruniai seorang permaisuri (St.Hawa) yang memerintah seluruh bidadari, aku bertambah dengki dan dendam kepada mereka, akhirnya aku berhasil menipu mereka melalui Siti Hawa yang menyuruh Adam memakan buah khuldi, lalu keduanya diusir dari syurga ke dunia ini, keduanya berpisah beberapa tahun dan kemudian dipertemukan Allah di Padang Arafah hingga mereka mendapatkan beberapa anak, kemudian aku menghasut anak lelakinya Qabil supaya membunuh saudaranya Habil, itu pun aku masih tidak puas hati, dan berbagai tipu daya aku lakukan kepada anak cucu Adam hingga hari kiamat.
Sebelum engkau lahir ke dunia ya khatamul anbiya, aku beserta bala tentaraku dengan mudah dapat naik ke langit untuk mencuri segala rahasia serta tulisan yang menyuruh manusia berbuat ibadat serta balasan pahala dan syurga, kemudian aku turun lagi ke dunia dan memberitahu kepada manusia yang lain (palsu) daripada apa yang sebenarnya aku dapatkan, dengan berbagai tipu daya hingga mereka tersesat dengan berbagai kitab, bid”ah, dan carut marut kehidupan.
Tetapi ketika engkau lahir ya Rasul Allah, maka aku tidak bisa dan tidak dibenarkan oleh Allah untuk naik lagi ke langit untuk bisa mencuri rahasia itu, karena banyak malaikat yang menjaga setiap saat, setiap lapisan pintu langit, dan jika aku bersikeras/ memaksa hendak naik ke langit, maka malaikat akan melontarkan anak panah dari api yang menyala, sudah banyak bala tentaraku yang terkena lontaran malaikat itu dan semuanya terbakar menjadi abu. Maka besarlah kesusahanku dan bala tentaraku untuk menjalankan tugas menghasut”.
Nabi SAW : “Hai iblis ! Apakah yang pertama kali engkau tipu dari manusia ?”
Iblis : “Pertama sekali aku palingkan niat/ itikad imannya supaya menjadi kafir, juga ada dari segi perbuatan, perkataan, kelakuan atau hatinya (walaupun mereka memeluk agama Islam tapi akhlak, tingkah laku perkataan dan perbuatannya seperti orang kafir). Jika tidak berhasil juga aku akan tarik dengan cara mengurangi pahala ibadahnya, lama kelamaan mereka akan terjerumus mengikuti kemauan/ jalanku”.
Nabi SAW : “Hai iblis.!! jika umatku shalat karena Allah, bagaimana keadaanmu ?”
Iblis :“Sebesar-besarnya kesusahanku, gemetarlah badanku dan lemah tulang sendiku, maka aku  kerahkan berpuluh-puluh (iblis) bala tentaraku untuk datang menggoda pada manusia yang shalat itu pada setiap anggota badannya, sebagian masuk pasa anggota badannya supaya merasa malas untuk shalat, merasa waswas, lupa bilangan rakaatnya, ingat dan atau bimbang pada pekerjaan, dagangan atau harta yang ditinggalkannya, mereka senantiasa ingin cepat selesai shalatnya, hilang khusyunya, matanya senantiasa menjeling/ melirik ke kiri dan kanan, telinganya senantiasa mendengar suara orang bisara/ bercakap serta bunyi-bunyian lain, sebagian bala tentaraku duduk dibelakang badan orang yang shalat itu supaya dia tidak kuasa untuk sujud lebih lama, merasa penat/ pegal waktu duduk tahiyat, ada pula bala tentaraku yang masuk ke dalam hatinya supaya didalam hatinya ingin cepat selesai shalatnya.
Itu semua dilakukan supaya pahala shalat/ ibadat mereka berkurang / tidak banyak. Jika para iblis (bala tentaraku) itu tidak berhasil menggoda manusia yang sedang shalat itu, maka aku sendiri yang akan menghukum mereka (bala tentaraku) dengan seberat-berat hukuman.”
Nabi SAW : “Jika umatku membaca Al Qur’an karena Allah, bagaimana perasaanmu ?”
Iblis : “Jika mereka membaca Al Qur’an karena Allah, maka rasa terbakarlah tubuhku, putus-putus setiap uratku, lalu aku lari menjauhi orang tersebut.”
Nabi SAW : “Jika umatku mengerjakan Ibadah Haji karena Allah, bagaimana perasaanmu ?”
Iblis : “Binasalah diriku, gugurlah tulangku karena mereka telah mencukupkan rukun Islamnya”
Nabi SAW :  “Jika umatku berpuasa karena Allah, maka bagaimana perasaanmu ?”
Iblis : “Yaa Rasulullah..! inilah bencana yang paling besar bahayanya padaku, apabila masuk          bulan Ramadhan, maka memancarlah cahaya Arasyi dan Kursyi, bahkan seluruh malaikat menyambut dengan suka cita. Bagi orang yang berpuasa, Allah akan mengampunkan segala dosanya yang telah lalu dan digantikan dengan pahala yang amat besar, serta tidak dicatatkan dosanya selama dia berpuasa.
Yang menghancurkan hatiku adalah segala isi langit dan bumi, yakni malaikat, bulan, bintang, burung, ikan, dan lainnya, semuanya siang malam mendo’akan / memintakan ampunan kepada Allah bagi orang yang berpuasa itu. Satu lagi ialah orang berpuasa di merdeka kan/ dibebaskan pada setiap masa dari azab neraka. Bahkan semua pintu neraka ditutup tetapi semua pintu syurga dibuka seluas-luasnya, serta dihembuskan angin dari bawah Arasyi yang bernama angin syirah yang amat lembut ke dalam syurga.
Pada hari umatmu mulai berpuasa, dengan perintah Allah datanglah sekalian malaikat dengan garangnya menangkapku dan bala tentaraku (jin, syaitan, ifrit) lalu kami dipasung kaki dan tangan kami dengan besi panas dan dirantai serta dimasukan ke bawah perut bumi yang amat dalam, disana pula beberapa azab yang lain telah menunggu kami.
Setelah habis umatmu berpuasa barulah aku dan bala tentaraku dilepaskan oleh Allah dengan perintah agar tidak mengganggu umatmu. Umatmu sendiri telah merasakan ketenangan berpuasa sebagaimana mereka bekerja dan bersahur seorang diri ditengah malam tanpa rasa takut dibandingkan bulan-bulan yang lain”.
Nabi SAW : “ Hai iblis..! bagaimana seluruh sahabatku menurutmu ?”
Iblis : “seluruh sahabatmu juga adalah sebesar-besarnya musuh/ seteruku. Tidak ada upayaku melawannya dan tidak satupun tipu dayaku yang dapat masuk kepada mereka, karena safaat engkau.
“sayidina Abu Bakar As-Siddik sebelum bersamamu pun aku tidak dapat mendekatinya, apalagi setelah berdampingan denganmu, beliau begitu percaya atas kebenaranmu hingga dia menjadi Wazirul ‘azam, bahkan engkau sendiri telah mengatakan : jika ditimbang seluruh isi dunia ini dengan amal kebajikan Abu Bakar, maka akan lebih berat amal kebajikan beliau. Ditambah pula ia telah menjadi mertuamu karena engkau menikah dengan anaknya yaitu sayidatina Aisyah RA yang juga banyak menghafal hadits-haditsmu.
“Sayidina Umar Al Khatab, juga tidaklah berani aku memandang wajahnya karena dia sangat keras menjalankan syariat Islam dengan seksama. Jika aku pandang wajahnya, maka gemetarlah segala tulang sendiku karena sangat takut, hal ini karena imannya sangat kuat apalagi engkau telah mengatakan “ jikalah ada nabi sesudahku, maka Umar boleh menggantikan aku”, karena dia adalah orang harapanmu serta pandai membedakan anatara kafir dan Islam hingga dia diberi gelar Al Faruq”.
“Sayidina Usman Al Affan lagi, aku tidak bisa bertemu dia, karena lidahnya selalu bergerak membaca Al Qur’an. Dia penghulu orang sabar, penghulu orang mati syahid, dan menjadi menantumu sebanyak dua kali. Karena taatnya banyak malaikat datang melawat dan memberi hormat kepadanya, malaikat merasa sangat malu kepada Usman hingga engkau mengatakan “ barang siapa menulis Bismillahirrahmaanirrahii pada kitab atau kertas-kertas dengan dakwat merah, niscaya mendapat pahala seperti pahala Usman mati syahid”.
“ Sayidina Ali Abi Thalib pun itu aku sangat takut karena hebatnya dan gagahnya dia di medan perang, tetapi sangat sopan santun, alim orangnya. Jika iblis/ syaitan dan jin memandang beliau, maka terbakarlah kedua mata mereka karena dia sangat kuat beribadah serta beliau adalah golongan orang pertama memeluk Agama Islam dan tidak pernah menundukan kepalanya kepada sembarang berhala. Beliau bergelar “Karamallahuwajhahu” di muliakan Allah akan wajahnya dan juga “Harimau Allah” dan engkau sendiri berkata “Akulah negeri segala ilmu dan Ali itu pintunya” ditambah pula dia menjadi menantumu, maka semakin ngeri aku kepadanya.”
Nabi SAW : “Bagaimana tipu daya engkau kepada umatku ?”
Iblis : “Umatmu itu ada 3 macam”:
“Yang pertama”, Umatmu seperti hujan dari langit yang menghidupkan segala tumbuhan, yaitu ulama yang memeberi nasihat kepada manusia supaya mengerjakan perintah Allah /kebajikan serta meninggalkan laranganNYA, seperti kata Jibril AS “ ulama itu adalah pelita dunia dan pelita akhirat”
“Yang kedua”, Umatmu seperti tanah, yaitu orang yang sabar, syukur dan ridho dengan apapun karunia Allah, berbuat amal sholeh, tawakal dalam kebajikan’
“Yang ketiga”, Umatmu seperti firaun, terlampau tamak dengan harta benda, dunia, serta menghilangkan amal akhirat, maka akupun bersuka cita, lalu aku masuk kedalam badannya, kemudian aku putarkan hatinya ke lautan durhaka, dan aku hela kemana saja mengikuti kehendakku. Jadi dia senantiasa bimbang kepada dunia, tidak hendak menuntut ilmu agama, tidak beramal ibadat, tidak mau mengeluarkan zakat.
Bila dia miskin, dia mau beribadat, lalu aku goda supaya minta kaya dulu, dan apabila diijinkan oleh Allah dia menjadi kaya, maka aku goda supaya dia melupakan janjinya untuk beribadat, untuk beramal soleh, dan tidak membayar zakat seperti janji dia ketika masih miskin, seperti Qorun yang tenggelam dengan istana mahligainya.
Bila umatmu terkena penyakit, mereka tidak sabar, mereka tidak tawakal kepada Allah, mereka tetap tamak, senantiasa selalu bimbang memikirkan harta, dan sebagian orang asik berebut dunia, harta, berbicara besar/ angkuh, bercakap besar terhadap sesama Islam, benci dan menghina kepada yang miskin, membelanjakan hartanya untuk jalan maksiat, tempat judi dan perempuan lacur, mereka adalah menemaniku di neraka’.
Nabi SAW : “Siapa yang serupa / sama dengan engkau wahai iblis !?”
Iblis : “Orang-orang yang meringankan/ menganggap rendah syariatmu dan membenci orang Yang  belajar Agama Islam”
Nabi SAW : “Siapa yang mencahayakan muka engkau wahai iblis ?!”
Iblis : “Orang yang berdosa, bersumpah bohong, bersaksi palsu, pemungkir janji”
Nabi SAW : “Apakah rahasia engkau kepada umatku ?”
Iblis : “Jika seorang Islam pergi  untuk buang hajat besar, tapi dia tidak membaca do’a pelindung syaitan, maka aku gosok-gosokan najisnya sendiri ke badannya tanpa ia sadari”.
Nabi SAW : “Jika umatku bersatu dengan isteri / suaminya, bagaimana hal engkau ?”
Iblis : “Jika umatmu hendak bersetubuh dengan isterinya serta membaca do’a pelindung syaitan, maka larilah aku dari padanya, jika mereka tidak membaca do’a pelindung syaitan, maka aku akan bersetubuh lebih dulu dengan isterinya, kemudian bercampurlah benihku dengan benih isterinya, dan jika kemudian menjadi bayi/ anak, maka anak itu akan gemar pada pekerjaan maksiat, malas apada kebaikan, dan menjadi anak yang durhaka, semua ini karena kealpaan ibu bapaknya sendiri.
Begitu juga jika mereka makan tanpa membaca do’a atau basmalah lebih dahulu, maka aku yang lebih dulu makan dari padanya, maka ketika mereka makan, tiadalah mereka merasa kenyang”.
Nabi SAW : “Dengan jalan apa umatku dapat menolak tipu daya engkau wahai iblis ??!!”
Iblis : “Jika dia berbuat dosa, maka dia kembali bertaubat kepada Allah, menangis menyesali akan perbuatannya. Apabila marah, segera mengambil air wudhu, maka padamlah marahnya”.
Nabi SAW : “Hai iblis..!! Siapa orang yang paling engkau sukai??”
Iblis : “Lelaki dan perempuan yang tidak mencukur bulu ketiak atau bulu ari-ari(bulu kemaluan) selama 40 hari, karena disitulah aku mengecilkan diri, bersarang, bergantung, berbuai seperti pijat pada bulu itu”
Nabi saw : “Hai iblis..!! siapakah saudara engkau ?!”
Iblis : “Diantaranya adalah orang yang tidur meniarap / telungkup, orang yang tidur yang matanya terbuka (mendusin atau bangun dari tidurnya) di waktu subuh tetapi menyambung tidur lagi, lalu aku buat dia terlena hingga terbit fajar, demikian juga pada waktu djuhur, ashar, maghrib dan isya, aku beratkan hatinya untuk shalat.”
Nabi SAW : “Apakah jalan yang membinasakan engkau wahai iblis !!!??”
Iblis : “Orang yang banyak menyebut nama Allah, bersedekah dengan tidak diketahui orang lain, banyak bertaubat, banyak tadarus /membaca Al Qur’an dan mereka yang shalat tengah malam karena Allah”
Nabi SAW : “Hai iblis! Apa yang memecahkan mata engkau ..?”
Iblis : “Orang yang duduk di dalam Mesjid serta beriktifar di dalamnya.”
Nabi SAW : “Apa lagi yang memecahkan mata engkau, wahai iblis !?”
Iblis : “Orang yang taat kepada kedua orang tuanya, mendengar kata mereka, membantu (memberi) makan, pakaian kepada orang tua /mertua selama mereka hidup dan mampu, karena engkau telah bersabda “syurga itu dibawah telapak kaki ibu”.

mohon maaf bila ada kesalahan...

Minggu, 10 Juni 2012

KONSEP DIET DALAM KEPERAWATAN



Pengertian Ilmu Diet

·         Cabang ilmu gizi yang mengatur pemberian makan pada kelompok/perorangan dalam keadaan sehat/ sakit dengan memperhatikan syarat gizi dan sosial ekonomi.

Terapi Diet
·         Bagian dari dietetika yang khusus memperhatikan penggunaan makan untuk tujuan penyembuhan.

Diet
·         Adalah makanan dan minuman yang dikonsumsi orang secara teratur setiap hari.
·         Jumlah dan jenis makanan yang dibutuhkan dalam situasi tertentu, seperti menurunkan atau menaikkan berat badan
·         Diet yang dilakukan sangat tergantung pada usia, berat badan, kondisi kesehatan dan banyaknya kegiatan yang dilakukan dalam sehari

Fungsi Makanan Dalam Perawatan Orang Sakit
·         Salah satu bentuk terapi diet
·         Penunjang pengobatan
·         Tindakan medis

Tujuan Terapi Diet
·         Memperoleh status gizi yang baik
·         Memperbaiki defisiensi gizi
·         Mengistirahatkan organ tubuh
·         Menyesuaikan asupan/intake dengan kemampuan tubuh
·         Mengubah berat badan bila diperlukan

FAKTOR-FAKTOR YANG HARUS DIPERHATIKAN DALAM PENGATURAN MAKANAN ORANG SAKIT
1.      Psikologis
·         Memisahkan dari kebiasaan kehidupan sehari-hari
·         Memasuki lingkungan yang masih asing (dokter dll)
·         Perubahan makanan (macam, cara hidangkan, tempat makan, waktu makan, dengan siapa makan dll)
·         Rasa tidak senang, rasa takut karena sakit, ketidakbebasan bergerak – putus asa
·         Putus asa à mual, hilang nafsu makan
·         Bentuk diit (cair, lunak à  sesuai keadaan penyakit) à bahagia/cemas
·         Perawat à menjelaskan, mengurangi tekanan psikologis

2.      Sosial Budaya
·         Orang sakit à kelompok berbeda, adat istiadat, kepercayaan, kebiasaan, pandangan hidup
·         Macam hidangan à netral
·         Kebiasaan makan bersama à perlu ditemani anggota keluarga

3.      Keadaan Jasmani
·         Jasmani pasien à menentukan konsistensi diit
·         Lemah, kesadaran menurun à diit khusus
·         Gangguan pernafasan à makan lebih lama
·         Tidak baik nafsu makan à porsi kecil, sering
·         Usia lanjut à porsi kecil, lunak
·         Penyakit kronis à perawatan lebih lama membawa masalah makan
·         Orang sakit à hapal makanan perlu adanya modifikasi menu dari rumah

4.      Keadaan Gizi Penderita

·         Jarang dilakukan
·         Perawat memperoleh informasi pola makan dirumahnya, kebiasaan makan, sikap terhadap makanan

Dasar Penentuan Diet Bagi Orang Sakit :
·         Memenuhi kebutuhan gizi
·         Diet khusus berpola à makanan biasa
·         Diet khusus fleksibel (kebiasaan, kesukaan, kepercayaan dll)
·         Mempertimbangkan pekerjaan sehari-hari
·         Bahan makanan yang dapat diterima
·         Bahan makanan alami, mudah didapat, mudah diolah, lazim dimakan
·         Pasien à tujuan diit
·         Diet khusus segera makanan biasa
·         Diet khusus à indikasi kuat dan memang diperlukan
·         Bisa makan mulut à berikan mulut

Pelayanan Gizi Di Rumah Sakit
Pelayanan kesehatan yang diberikan pada pasien mencakup :
·         Pelayanan medis    : obat, tindakan            bedah
·         Pelayanan/asuhan keperawatan
·         Pelayanan gizi/asuhan nutrisi

Proses pelayanan gizi rawat inap dan rawat jalan terdiri atas 4 tahap :
·         Assement atau pengkajian gizi
·         Penatalaksanaan  pelayanan gizi
·         Implementasi pelayanan gizi
·         Monitoring dan evaluasi pelayanan  gizi

Penatalaksanaan Pelayanan Gizi
Dalam merencanakan pelayanan gizi   untuk  pasien diperlukan data-data yang harus dikumpulkan  dan  sebagai berikut:
·         Data awal
·         Identitas          
·         Subyektif
·         Obyektif
·         Assesment
·         Planning/Penatalaksanaan

Identitas :        
·         Nama
·         Umur
·         Seks
·         Alamat

Data Subyektif
·         Keluhan utama
·         Riwayat penyakit sekarang
·         Riwayat penyakit dahulu
·         Riwayat penyakit keluarga
·         Keadaan Sosek :
·         Latar belakang suku, agama, suami/istri, anak, penghasilan, status tempat tinggal
·         Keadaan /lingkungan hidup :
·         Luas tanah, keadaan rumah dan lingkungan
·         Kebiasaan hidup sebelum dirawat

Data Obyektif
·         Pemeriksaan fisik
·         Pemeriksaan klinik
·         Pemeriksaan laboratorium : darah, urin, feses,dahak
·         Pemeriksaan lain/rontgen
·         Hasil anamnesa gizi : kebiasaan makan, frekuensi, pola makan, pantangan, hasil analisis recall makanan
·         Pemeriksaan antropometri : TB, BB, BB ideal, IMT, LLA, Tebal lemak bawah kulit

Assesment
·         Diagnosa sementara
·         Diagnosa akhir

Planning/Penatalaksanaan
·         Terapi diet
·         Macam dan bentuk diet
·         Prinsip diet
·         Tujuan diet
·         Syarat diet
·         Perhitungan kebutuhan energi dan zat-zat gizi
·         Menu


Parameter yang perlu dimonitor untuk memantau perkembangan penyakit, Misal :
·         Berat badan
·         Jumlah makanan yang masuk
·         Pemeriksaan laboratorium.

Rencana penyuluhan dan konsultasi gizi, misal : Penjelasan diet dan cara membuat variasi menu :
·         Standar Makanan Rumah Sakit
·                     Makanan Biasa
·         Makanan Lunak
·         Makanan Saring
·         Makanan Cair
·         Makanan Lewat Pipa

Makanan Biasa
·         Makanan biasa diberikan kepada penderita yang tidak makanan khusus sehubungan dengan penyakitnya.
·         Susunan makanan sama dengan makanan orang sehat, hanya tidak diperbolehkan makanan yang merangsang atau yang dapat menimbulkan gangguan pencernaan.
·         Makanan ini cukup energi, protein dan zat-zat gizi lain.

Makanan Lunak
·         Makanan lunak diberikan kepada penderita sesudah operasi tertentu dan pada penyakit infeksi dengan kenaikan suhu yang tidak terlalu tinggi : 37,5 C–38 C.
·         Menurut keadaan penyakit, makanan lunak dapat diberikan langsung kepada penderita atau merupakan perpindahan dari makanan saring ke makanan biasa.
·         Makanan ini mudah cerna, rendah serat dan tidak mengandung bumbu yang merangsang. Makanan ini cukup energi, protein dan zat-zat gizi lain.

Makanan Saring
·         Diberikan kepada penderita sesudah mengalami operasi tertentu, pada infeksi akut, termasuk infeksi saluran pencernaan seperti gastro enteritis dengan kenaikan suhu badan > 39 C serta  pada kesukaran menelan.
·         Menurut keadaan penyakit makanan saring dapat diberikan langsung kepada penderita atau merupakan perpindahan dari makanan cair ke makanan lunak.
·         Makanan ini diberikan dalam jangka pendek karena tidak memenuhi kebutuhan gizi terutama energi.
·         Bahan makanan yang tidak boleh diberikan sama dengan makanan lunak.

Makanan Cair
·         Diberikan kepada penderita sebelum dan sesudah operasi tertentu, dalam keadaan mual dan muntah, dengan kesadaran menurun, dengan suhu badan sangat tinggi atau infeksi akut. 
·         Makanan ini diberikan berupa cairan jernih yang tidak merangsang dan tidak meninggalkan sisa.
·         Nilai gizi sangat rendah, hingga pemberian hanya dibatasi selama 1–2 hari saja.
·         Contoh :  teh, kaldu jernih, air bubur kacang hijau, sari buah, sirop.

Makanan Lewat Pipa
·         Diberikan kepada penderita yang tidak bisa makan lewat mulut karena :
·         Gangguan jiwa, prekoma, anoreksia nervosa, kelumpuhan otot-otot menelan, atau sesudah operasi mulut, tenggorokan dan gangguan saluran pencernaan.
·         Makanan diberikan berupa sari buah atau cairan kental yang dibuat dari susu, telur, gula dan margarin.
·         Cairan hendaknya dapat dimasukkan melalui pipa karet di hidung, lambung atau rektum.

Makanan Yang Diberikan Dengan Cara Khusus
·         Tidak dapat makan melalui mulut (penyakit berat, demam terus menerus, luka bakar hebat, kelaparan parah, kanker mulut, faring, oesopagus, koma dll)
·         Pemberian makanan lewat pipa melalui mulut (nasogastric feeding) à hidung à lambung
·         Pemberian makanan melalui gastrostomi dan jejunostomi à makan langsung kelambung/jejunum melalui pembedahan
·         Pemberian makanan melalui pembuluh darah (Intravenous Feeding)/parenteral nutrition à operasi saluran pencernaan, luka parah