Di saat Allah menghendaki
terjadinya hari kiamat, Dia pun memerintahkan malaikat Israfil untuk meniup “terompet”nya dua kali. Tiupan pertama sebagai
pertanda untuk membinasakan seluruh makhluk yang ada di muka bumi dan langit,
sedangkan tiupan kedua untuk membangkitkan mereka kembali.
Allah ta’ala berfirman:
وَنُفِخَ فِي الصُّورِ
فَصَعِقَ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَمَنْ فِي الأرْضِ إِلا مَنْ شَاءَ اللَّهُ
ثُمَّ نُفِخَ فِيهِ أُخْرَى فَإِذَا هُمْ قِيَامٌ يَنْظُرُونَ
“Dan ditiuplah sangkakala,
maka matilah siapa yang di langit dan di bumi kecuali siapa yang dikehendaki
Allah. Kemudian ditiup sangkakala itu sekali lagi maka tiba-tiba mereka berdiri
(menunggu (putusannya masing-masing).” (QS. Az-Zumar: 68)
Maka, setelah malaikat Israfil
meniupkan terompetnya yang kedua kalinya, seluruh makhluk pun dibangkitkan dari
kuburnya oleh Allah ta’ala, lalu mereka dikumpulkan dalam suatu padang yang
amat luas yang rata dengan tanah (QS. Thaha: 107. Lihat Tafsir As-Sa’di hal.
462), dalam keadaan tidak berpakaian, tidak memakai sandal, tidak berkhitan dan
tidak membawa sesuatu apapun.
“Dan mereka
bertanya kepadamu tentang gunung-gunung, Maka Katakanlah: "Tuhanku akan
menghancurkannya (di hari kiamat) sehancur-hancurnya, Maka dia akan menjadikan
(bekas) gunung-gunung itu datar sama sekali, Tidak ada sedikitpun kamu lihat
padanya tempat yang rendah dan yang tinggi-tinggi. Pada hari itu manusia
mengikuti (menuju kepada suara) penyeru[944] dengan tidak berbelok-belok; dan
merendahlah semua suara kepada Tuhan yang Maha pemurah, Maka kamu tidak
mendengar kecuali bisikan saja.(QS.Thaha 105-108)
[944] yang
dimaksud dengan penyeru di sini ialah malaikat yang memanggil manusia untuk
menghadap ke hadirat Allah.
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
“Pada hari kiamat nanti para
manusia akan dikumpulkan dalam keadaan tidak memakai sandal, tidak berpakaian
dan dalam keadaan belum berkhitan. Aisyah bertanya, ‘Wahai Rasulullah, kaum
pria dan wanita (berkumpul dalam satu tempat semuanya dalam keadaan tidak
berbusana?!) apakah mereka tidak saling melihat satu sama lainnya?’ Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam pun menjawab, ‘Wahai Aisyah kondisi saat itu amat
mengerikan sehingga tidak terbetik sedikit pun dalam diri mereka untuk melihat
satu sama lainnya!’” (HR. Bukhari dan Muslim)
Ya, saat itu masing-masing dari
mereka memikirkan dirinya sendiri dan tidak sempat untuk memikirkan orang lain,
meskipun itu adalah orang terdekat mereka.
Allah berfirman: “Pada hari itu manusia lari dari saudaranya. Dari bapak dan ibunya. Dari istri dan anak-anaknya. Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang menyibukkannya.” (QS. ‘Abasa: 34-37)
Allah berfirman: “Pada hari itu manusia lari dari saudaranya. Dari bapak dan ibunya. Dari istri dan anak-anaknya. Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang menyibukkannya.” (QS. ‘Abasa: 34-37)
Semua manusia saat itu berada di
dalam ketidakpastian, masing-masing menunggu apakah ia termasuk orang-orang
yang beruntung dimasukkan ke taman-taman surga, ataukah mereka termasuk orang
yang merugi dijebloskan ke dalam lembah hitam neraka.
Dalam kondisi seperti itu Allah
ta’ala mendekatkan matahari sedekat-dekatnya di atas kepala para hamba-Nya,
hingga panasnya sinar matahari yang luar biasa itu mengakibatkan keringat
mereka bercucuran.
عن المقداد بن الأسود قال:
سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول: تدني الشمس يوم القيامة من الخلق حتى
تكون منهم كمقدار ميل … فيكون الناس على قدر أعمالهم في العرق؛ فمنهم من يكون إلى
كعبيه, ومنهم من يكون إلى ركبتيه, ومنهم من يكون إلى حقويه, ومنهم من يلجمه العرق
إلجاما
Al-Miqdad bin al-Aswad
bercerita: Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Pada hari kiamat nanti matahari turun mendekati para makhluk hingga hanya
berjarak satu mil… Pada saat itu kucuran keringat masing-masing manusia
tergantung amalannya; di antara mereka ada yang keringatnya sampai di mata
kakinya, ada pula yang keringatnya sampai lututnya, ada yang keringatnya sampai
perutnya serta ada yang tenggelam dalam keringatnya sendiri!” (HR. Muslim)
Demikianlah para manusia saat
itu berada di dalam kesusahan, kebingungan dan ketidakpastian yang tiada
bandingannya, padahal satu hari pada saat itu bagaikan 50 ribu tahun hari-hari
dunia! (Lihat Majmu’ Fatawa wa Rasa’il Ibn Utsaimin (II/23))
Allah ta’ala berfirman:
تَعْرُجُ الْمَلائِكَةُ
وَالرُّوحُ إِلَيْهِ فِي يَوْمٍ كَانَ مِقْدَارُهُ خَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ
“Malaikat-malaikat dan
Jibril naik (menghadap) kepada Allah dalam sehari yang kadarnya lima puluh ribu
tahun.” (QS. Al-Ma’arij: 4)
Seandainya kita mau berpikir
betapa mengerikannya hari-hari itu lantas kita merenungkan jalan hidup
kebanyakan manusia di dunia yang kita lihat selama ini, niscaya kita akan sadar
betul bahwa ternyata masih banyak di antara kita yang telah terlena dengan
keindahan dunia yang semu ini dan lupa bahwa setelah kehidupan dunia yang
sementara ini masih ada kehidupan lain yang kekal abadi yang lamanya satu hari
di sana sama dengan 50 ribu tahun di dunia!
Kita telah terlena dengan
gemerlapnya dunia dan lupa untuk beribadah kepada Allah dan beramal saleh,
padahal pada hakikatnya kita hanya diminta untuk beramal selama 30 tahun saja!
Tidak lebih dari itu. Suatu waktu yang amat singkat!
Ya, kalaupun umur kita 60 tahun,
sebenarnya kita hanya diminta untuk beramal selama 30 tahun saja. Karena umur
yang 60 tahun itu akan dikurangi masa tidur kita di dunia yang jika dalam satu
hari adalah 8 jam, berarti masa tidur kita adalah sepertiga dari umur kita
yaitu: 20 tahun Lalu kita kurangi lagi dengan masa kita sebelum balig, karena
seseorang tidak berkewajiban untuk beramal melainkan setelah ia balig, taruhlah
jika kita balig pada umur 10 tahun, berarti umur kita hanya tinggal 30 tahun!
Subhanallah, bayangkan,
pada hakikatnya kita diperintahkan untuk bersusah payah dalam beramal saleh di
dunia hanya selama 30 tahun saja! Alangkah naifnya jika kita enggan untuk
bersusah payah selama 30 tahun di dunia beramal saleh, sehingga akan berakibat
kita mendapat siksaan yang amat pedih di akhirat selama puluhan ribu tahun!
Allah telah memperingatkan
supaya kita tidak tertipu dengan kehidupan duniawi yang fana ini dalam
firman-Nya.
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّ
وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ فَلا تَغُرَّنَّكُمُ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا وَلا
يَغُرَّنَّكُمْ بِاللَّهِ الْغَرُورُ
“Wahai para manusia,
sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka janganlah sekali-kali kehidupan
dunia memperdayai kalian, dan janganlah sekali-kali (syaitan) yang pandai
menipu, memperdayakan kalian dari Allah.” (QS. Faathiir: 5)
Mengapa orang yang tertipu dengan
kehidupan duniawi benar-benar telah merugi? Karena kenikmatan dunia seisinya
tidak lebih berharga di sisi Allah dari sebuah sayap seekor nyamuk!
عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه
وسلم- « لَوْ كَانَتِ الدُّنْيَا تَعْدِلُ عِنْدَ اللَّهِ جَنَاحَ بَعُوضَةٍ مَا
سَقَى كَافِرًا مِنْهَا شَرْبَةَ مَاءٍ ». رواه الترمذي في سننه (رقم 2490) وقَالَ
أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ صَحِيحٌ غَرِيبٌ مِنْ هَذَا الْوَجْهِ.
Sahl bin Sa’d bercerita
bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Seandainya dunia
sepadan dengan (harga) sayap seekor nyamuk; niscaya orang kafir tidak akan
mendapatkan (kenikmatan dunia meskipun hanya seteguk air.” (HR. Tirmidzi)
Maka mari kita manfaatkan
kehidupan dunia yang hanya sementara ini untuk benar-benar beribadah kepada
Allah ta’ala, mulai dari mencari ilmu, shalat lima waktu berbakti kepada orang
tua, berbuat baik kepada sesama terutama tetangga, mendidik keluarga
sebaik-baiknya. Juga berusaha untuk menjauhi apa yang dilarang-Nya. Jangan
sampai kita termasuk orang-orang yang disebutkan Allah ta’ala dalam firman-Nya:
وَهُمْ يَصْطَرِخُونَ فِيهَا
رَبَّنَا أَخْرِجْنَا نَعْمَلْ صَالِحاً غَيْرَ الَّذِي كُنَّا نَعْمَلُ أَوَلَمْ
نُعَمِّرْكُمْ مَا يَتَذَكَّرُ فِيهِ مَنْ تَذَكَّرَ وَجَاءَكُمُ النَّذِيرُ
فَذُوقُوا فَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ نَصِيرٍ
“Dan mereka berteriak di
dalam neraka itu, ‘Ya Rabbi, keluarkanlah kami. niscaya kami akan mengerjakan
amalan saleh berlainan dengan apa yang telah kami kerjakan.’ Bukankah Kami
telah memanjangkan umurmu dalam masa yang cukup bagi orang yang mau berpikir?!
Maka rasakanlah (adzab Kami) dan tidak ada bagi orang-orang yang zalim seorang
penolong pun.” (QS: Faathir: 37)
Namun mereka tidak akan mungkin
bisa kembali lagi ke dunia. Demikian pula mereka tidak akan mati di neraka.
Allah berfirman: “Mereka berseru, ‘Wahai
Malik, biarlah Rabb-Mu membunuh kami saja.’ Dia menjawab, ‘Kalian akan tetap
tinggal (di neraka ini). Sesungguhnya Kami benar-benar telah membawa kebenaran
kepada kalian, namun kebanyakan kalian benci terhadap kebenaran tersebut.’”
(QS. Az-Zukhruf: 77-78)
Jangankan untuk menghentikan
siksaan, untuk mendapatkan setetes air pun mereka tidak bisa. Allah ta’ala berfirman : “Dan penghuni neraka menyeru penghuni surga, ‘Berilah kami
sedikit air atau makanan yang telah diberikan Allah kepada kalian.’ Mereka
(penghuni surga) menjawab, ‘Sesungguhnya Allah telah mengharamkan keduanya itu
atas orang-orang kafir.’ (Yaitu) orang-orang yang menjadikan agama mereka
sebagai main-main dan senda gurau, dan kehidupan dunia telah menipu mereka.
Maka pada hari (kiamat) ini Kami melupakan mereka sebagaimana mereka melupakan
pertemuan mereka dengan hari ini dan (sebagaimana) mereka selalu mengingkari
ayat-ayat Kami.” (QS. Al-A’raf: 50-51)
Semoga kita semua bukan termasuk
golongan tersebut di atas, amin ya Rabbal ‘alamin.
Tulisan ini terinspirasi
dari salah satu nasihat yang disampaikan guru kami Syaikh Prof. Dr. Abdurrazzaq
bin Abdul Muhsin al-’Abbad dalam salah satu kajian beliau dalam kitab
Al-’Aqidah Al-Wasithiyyah yang diadakan di masjid al-Jami’ah al-Islamiyah
Madinah tiap Kamis pagi.
0 comments:
Posting Komentar