Emas 1 gram berapa harganya?
Kalau bumi ini ditimbang berapa gram beratnya?! Kalau ada emas sepenuh isi bumi
dijual harganya kira-kira berapa ya? Wah… pasti mahal sekali, bisa untuk bersenang-senang
tujuh turunan itu…!
Imam Bukhari dan Imam Muslim
meriwayatkan dari Anas bin Malik radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, “Kelak pada hari kiamat orang kafir akan
didatangkan lalu ditanyakan kepadanya, ‘Bagaimana menurutmu seandainya kamu
mempunyai emas sepenuh isi bumi apakah kamu mau menebus (siksaan) dengannya?’.
Dia menjawab, ‘Iya tentu saja.’ Maka dikatakan kepadanya, ‘Sesungguhnya dahulu
-di dunia- kamu diminta sesuatu yang lebih mudah daripada itu [akan tetapi kamu
enggan dan tetap berbuat syirik].’.” (HR. Bukhari [6538] dan
Muslim [2805])
Imam Muslim meriwayatkan dari
Jabir bin Abdullah radhiyallahu’anhu, beliau bercerita bahwa suatu
ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melewati pasar melalui
sebagian jalan dari arah pemukiman, sementara orang-orang [para sahabat]
menyertai beliau. Lalu beliau melewati bangkai seekor kambing yang telinganya
cacat (berukuran kecil). Beliau pun mengambil kambing itu seraya memegang
telinga nya. Kemudian beliau berkata, “Siapakah di antara kalian yang mau
membelinya dengan harga satu dirham?”.
Mereka menjawab, “Kami sama
sekali tidak berminat untuk memilikinya. Apa yang bisa kami perbuat dengannya?”.
Beliau kembali bertanya, “Atau mungkin kalian suka kalau ini gratis untuk
kalian?”. Mereka menjawab, “Demi Allah, seandainya hidup pun maka
binatang ini sudah cacat, karena telinganya kecil. Apalagi kambing itu sudah
mati?” Beliau pun bersabda, “Demi Allah, sesungguhnya dunia lebih hina
di sisi Allah daripada bangkai ini di mata kalian.” (HR. Muslim
[2957])
Kedua hadits di atas menerangkan
kepada kita betapa tidak ada nilainya kekayaan dunia semata jika tidak disertai
dengan keimanan. Oleh sebab itu sebanyak apa pun harta yang dimiliki oleh
seseorang jika tidak dilandasi dengan keimanan kepada Allah dan rasul-Nya, maka
di akherat harta itu tidak bermanfaat bagi pemiliknya. Sebagaimana Allah ta’ala
tegaskan hal ini dalam Al-Qur’an :“Pada hari itu (kiamat) tidak bermanfaat harta dan keturunan
kecuali bagi orang yang menghadap Allah dengan hati yang selamat.” (QS.
asy-Syu’ara: 88-89).
Hati yang selamat itu adalah
hati yang beriman dengan sebenarnya. Allah ta’ala berfirman :“Sesungguhnya orang-orang kafir itu seandainya mereka memiliki
segala isi bumi ini seluruhnya dan bahkan ditambah yang semisalnya demi menebus
siksaan pada hari kiamat maka tidak akan diterima, dan mereka layak untuk
menerima siksaan yang sangat pedih.” (QS. al-Ma’idah: 36)
Allah ta’ala juga
berfirman :“Sesungguhnya orang-orang yang kafir dan meninggal dalam keadaan
kafir maka tidak akan diterima dari salah seorang mereka [tebusan atas siksa
yang mereka terima] meskipun berupa emas sepenuh isi bumi kalaulah mereka mau
menebus dengannya. Mereka itu adalah orang-orang yang layak menerima siksaan
yang pedih dan tidak ada bagi mereka sedikit pun penolong.” (QS.
Ali Imran: 91)
Maka keimanan yang benar adalah
sumber kebahagiaan dan keselamatan meskipun ekonomi pas-pasan atau bahkan
berada di bawah garis kemiskinan.
Imam Muslim meriwayatkan dari
Ibnu Abbas radhiyallahu’anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, “Aku pernah melihat surga, ternyata di dalamnya
dihuni kebanyakan oleh orang-orang miskin. Dan aku pun melihat neraka, ternyata
kebanyakan penghuninya adalah kaum wanita.” (HR. Muslim [2737])
Kesulitan dan kesedihan dunia
seperti apa pun yang dirasakan oleh orang-orang miskin yang menjaga keimanan
mereka akan terlupakan hanya dengan satu celupan kenikmatan surga. Sebaliknya,
selezat apa pun kenikmatan duniawi yang dirasakan oleh orang kafir di dunia,
maka akan terlupakan dengan satu celupan siksa di neraka, na’udzu billahi
min dzalik…
Imam Muslim meriwayatkan dari
Anas bin Malik radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda, “Kelak pada hari kiamat akan didatangkan penduduk
neraka yang pernah merasakan kenikmatan paling lezat selama di dunia lalu dia
dicelupkan di neraka sekali celupan. Kemudian ditanyakan kepadanya, ‘Wahai anak
Adam, apakah kamu pernah melihat kebaikan? Apakah kamu pernah merasakan
kenikmatan?’. Maka dia menjawab, ‘Sama sekali tidak pernah, wahai Tuhanku.’ Dan
juga didatangkan penduduk surga yang hidupnya paling susah selama di dunia,
lalu dicelupkan sekali celupan di dalam surga. Kemudian ditanyakan kepadanya,
‘Wahai anak Adam, apakah kamu pernah melihat kesusahan? Apakah kamu pernah merasakan
kesulitan?’. Maka dia menjawab, ‘Sama sekali tidak pernah, wahai Tuhanku. Aku
belum pernah merasakan kesusahan dan belum pernah melihat kesulitan.’.” (HR.
Muslim [2807])
Hal ini menunjukkan kepada kita
betapa agungnya kesabaran dan betapa besar ganjarannya di sisi Allah. Allah ta’ala
berfirman :“Sesungguhnya orang-orang yang bersabar itu akan disempurnakan
balasan amalnya tanpa hitungan.” (QS. az-Zumar: 10).
Allah ta’ala berfirman :“Bersabarlah, sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang
sabar.” (QS. al-Anfal: 46).
Allah ta’ala juga berfirman :“Allah mencintai orang-orang yang sabar.” (QS. Ali
Imran: 146)
Kemiskinan dan kesulitan
perekonomian memang tidak menyenangkan, akan tetapi jika seorang hamba bersabar
menghadapinya dan tetap menjaga nilai-nilai keimanan yang ada di dalam dirinya,
niscaya kesabaran itu akan mengantarkannya menuju pintu surga.
Imam Muslim meriwayatkan dari
Anas bin Malik radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda, “Surga itu diliputi dengan hal-hal yang tidak
menyenangkan dan neraka itu diliputi oleh hal-hal yang menyenangkan (nafsu).”
(HR. Muslim [2822])
Imam Muslim juga meriwayatkan
dari Shuhaib radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda : “Sungguh mengagumkan urusan
seorang mukmin. Semua urusannya adalah baik untuknya. Dan hal itu tidak
dijumpai kecuali pada diri seorang mukmin. Apabila dia mengalami kesenangan,
dia pun bersyukur. Maka hal itu adalah baik untuknya. Dan apabila dia mengalami
kesusahan, dia pun bersabar. Maka hal itu pun baik untuknya.” (HR.
Muslim [2999])
Apabila ternyata kekayaan materi
semata sama sekali tidak menjanjikan kebahagiaan, bahkan terkadang kemiskinan
jauh lebih menyelamatkan dan mengantarkan menuju kebahagiaan yang sejati, tentu
saja seorang hamba tidak akan lagi memelihara sifat tamak dan rakus kepada
dunia di dalam hatinya. Akan tetapi kenyataannya masih banyak juga orang yang
lupa atau pura-pura lupa tentang hakekat kesenangan dunia yang fana ini.
Sehingga mereka pun rela menjual agama demi mencicipi kesenangan dunia yang tak
seberapa.
Sungguh indah perkataan seorang
penyair,
“Sesungguhnya
Allah memiliki hamba-hamba yang cendekia,
Mereka
ceraikan dunia dan takut akan fitnahnya.
Mereka
perhatikan apa yang ada di sana.
Tatkala
mereka sadar bahwa dunia bukanlah tempat tinggal sebenarnya.
Maka
mereka jadikan dunia ini sebagai samudera,
dan
mereka gunakan amal salih sebagai perahu yang berlayar di atasnya.”
1 comments:
Mksh udah ikut mbca
Posting Komentar