Hati
kitapun bisa sakit seperti halnya badan yang bisa terluka. Dan obat dari semua
itu adalah dengan bertaubat. Hati pun bisa tumpul dan berkarat, seperti benda
yang di umbar begitu saja tanpa ada perhatian untuk mengurusnya. Dan
cemerlangnya semua itu adalah dengan berdzikir. Hati bisa pula telanjang
sebagaimana badan, dan pakaian keindahannya adalah taqwa. Hati pun bisa lapar
dan dahaga sebagaimana badan, maka makanan dan minumannya adalah mengenal Allah
subhanahu wa taala, cinta, tawakkal, bertaubat dan tunduk patuh hanya kepada
Allah Subhanahu Wata'ala.
Betapapun
kerasnya hidupmu sekarang, namun jagalah hatimu agar senantiasa lembut,
mendamaikan dan menyejukkkan, paling tidak untuk dirimu sendiri dahulu.
Ketahuilah, bahwa hanya orang yang baik yang akan selalu dekat dengan kebaikan,
dan kebaikan akan selalu mendekatkan kepada rahmat dan keberuntungan.
Jika
Allah Subhanahu wa Wa'ala cinta kepada seorang hamba, maka Allah Subhanahu wa
Ta'ala akan memilih dia untuk diri-Nya sebagai tempat pemberian
nikmat-nikmat-Nya, dan Ia akan memilihnya di antara hamba-hamba-Nya, sehingga
hamba itu pun akan menyibukkan harapannya hanya kepada Allah. Hatinya
senantiasa dengan berdzikir kepada-Nya, anggota badannya selalu dipakai untuk
berkhidmat kepada-Nya.
Wahai
jiwa.. tunduklah! Tunduklah kepada sang penguasa langit dan bumi, sang pemegang
nyawa dan ubun- ubun manusia,sang penggerak dan pencipta jagad raya. Tunduklah
dalam keikhlasan dan kepasrahan kepadaNya.
Wahai
jiwa.. damailah! Damailah dalam kelembutan dan kebaikan sebagai cerminan rahmat
dari sang maha Penyayang kepada hamba- hambanya yang senantiasa memenuhi celah
kosong mereka dengan keagungan dan keperkasaanNya yang Abadi.
Sudahilah
derita penyiksaan atas dirimu sendiri itu!Sudahilah semua kekacauan hidupmu
yang diakibatkan kekerasan hatimu ini! Tidakkah kau kasihan melihat sampai
seperti itu kau mendholimi dirimu sendiri?
Menyerahlah!...
Karena
hanya Allah yang akan mengeyangkan batinmu dengan kebahagiaan.Bukankah itu yang
selama ini kau cari?. Menyerahlah kepada sang Maha Rahman, sumber kebahagiaan
sejatimu.
Kembalilah!...http://alcsukajaya.blogspot.com
Kembalilah
untuk berkelana mengarungi makna-makna Kalamullah dan ayat-ayat-Nya yang nampak
di pelupuk matamu, dan kau pun akan menuai hikmah-hikmah yang langka dan faedah-faedah
yang indah. Jika hatimu senantiasa disuapi dzikir dan disirami dengan berfikir
serta dibersihkan dari kerusakan, maka kau pasti akan melihat keajaiban dan
diilhami hikmah.
Bukankah
selama ini kaupun tumbuh dalam kasih sayang dan kelembutan Allah sang maha
rahman, lalu mengapa kau tetap harus berkeras hati menyebarkan kekerasan dan
kekasaran hati dan lisanmu kepada sesamamu? Tidakkah dapat kau rasakan kasih
dari Tuhanmu?
Bukankah
Allah juga mengkaruniakan akal kepada kita untuk menjadi manusia berhati lembut
dan penuh kasih sayang? Lalu mengapa kau masih berkasar hati? ataukah sudah
karena saking terlalu banyaknya dosa yang menutup sehingga cahaya hati terlalu
susah untuk menyinari lagi?
Tidaklah
Allah memberikan hukuman yang lebih besar kepada seorang hamba selain dari
kerasnya qalbu dan jauhnya dari Allah subhanahu wa ta'ala. Dan neraka adalah
diciptakan untuk melunakkan hati yang keras.
Tengoklah
betapa hati yang keras begitu sangat kering dan merongrong hidup manusia
tersebut terus-menerus, sedang kegundahannya muncul terhadap segala sesuatu.
Jiwanya pun terasa kosong, sehingga bagian tubuhnya yang lain ikut bercermin
kepadanya.
Dengarkan
lisannya. Dia bergerak tanpa berpikir. Bagai menyebar bulu keluar dijalan,
sehingga dalam beberapa detik bulu- bulu itu hilang entah kemana. Ketika
manusia tersebut berniat kembali untuk menemukan dan membersihkannya, hal
itupun menjadi hal yang mustahil untuk dilakukan. Maka banyak tersakitilah
hati- hati saudaranya karena ketajaman kata dari lidah yang tiada berdzikir.
Lisan
adalah anak kandung hati. Lisan mengikuti hati. Hati yang keras adalah hati
yang kosong dari berbagai nasehat yang baik, dan akan menjadi buta karenanya.
Dan bila seseorang telah buta hatinya maka ia akan semakin jauh dari cahaya
Illahi.
Begitulah gambaran jelas ketika kekerasan hati sudah
terlanjur menancap dan akhirnya si manusia hanya menjadi budak dan bulan-
bulanan nafsu, sedang setan sebagai pengemudinya. Naudzubillah...