BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Elektrokardiogram tetap merupakan standar emas dalam
mengidentifikasi adanya dan lokasi dari infark miokard akut. ST elevasi pada
infark miokard akut dapat memprediksi ukuran infark, responnya terhadap terapi
reperfusi, dan memperkirakan prognosis dari pasien. Distorsi terminal komplek
QRS pada infark miokard akut inferior adalah jika J-point dibandingkan dengan
tingginya gelombang R lebih atau sama dengan 0,5 pada dua atau lebih sadapan
inferior (sadapan II, III, aVF). Birnbaum dkk. menyatakan bahwa adanya distorsi
QRS awal berhubungan dengan tingginya angka kejadian high-degree AV block.
Walaupun sebagian besar bersifat transien, high-degree
AV block berhubungan dengan peningkatan angka kematian selama perawatan di
rumah sakit, meskipun pasien mendapat terapi trombolitik. Bahan dan Cara Kerja
: Penelitian ini merupakan penelitian cross-sectional terhadap pasien infark
miokard akut inferior yang mendapat terapi trombolitik periode Januari 2000
sampai dengan Desember 2004 yang dirawat di Rumah Sakit Jantung Harapan Kita,
yang memenuhi kriteria inklusi dan a ksklusi.
Pasien dikelompokkan menjadi 2 bagian yaitu dengan
distorsi QRS dan tanpa distorsi QRS. Hubungan antara dua variabel dinilai
dengan uji t dan chi-square, serta analisis multivarian dengan logistic
regression. Hasil Penelitian : Terdapat 186 subyek penelitian dengan rentang
umur 37-72 tahun, lebih banyak pada laki-laki (89%), yang terdiri dari 93
pasien dengan distorsi QRS dan 93 pasien tanpa distorsi QRS. Tidak didapatkan
perbedaan data dasar karakteristik Minis dari kedua kelornpok. Dui analisis
univarian, kelompok dengan distorsi QRS memiliki jumlah deviasi segmen ST yang
lebih tinggi (9,61±3,67 vs 7,76±3,53, p=0,001), dan mengalami kegagalan terapi
trombolitik yang lebih besar (74,2% vs 60,2%, p=0,042).
1.2 Tujuan
Agar calon
mahasiswa baru dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan elektrokardiogram (
EKG ) dan fungsi alat tersebut serta hal – hal lain yang berhubungan dengan
elektrokardiogram ( EKG )
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN ELEKTROKARDIOGRAFI ( EKG ).
Elektrokardiografi adalah ilmu yang mempelajari
aktifitas listrik jantung. Elektrokardiogram (EKG) adalah suatu grafik yang
menggambarkan rekaman listrik jantung. Aktifitas listrik jantung dicatat dan
direkam melalui elektroda – elektroda yang dipasang pada permukaan tubuh.
2.2 ANATOMI
JANTUNG DAN SISTEM KONDUKSI
Jantung terdiri dari 4 ruang yang berfungsi sebagai
pompa, yaitu atrium kanan dan kiri serta ventrikel kanan dan kiri. Hubungan
fungsional antara atrium dan ventrikel diselenggarakan oleh jaringan susunan
hantar khusus yang menghantarkan impuls listrik dari atrium ke ventrikel.
Sistem tersebut terdiri dari nodus Sinoatrial (SA), nodus Atrioventrikuler
( AV), berkas His dan serabut Purkinje.
A.
Nodus SA
Terletak
pada pertemuan antara vena kava superior dengan atrium kana. Sel-sel dalam
nodus SA secara otomatis dan teratur mengeluarkan impuls dengan frekuensi
60-100 x/ menit.
B.
Nodus AV
Terletak
diantara sinus koronarius pada dinding posterior atrium kanan. Sel-sel dalam
nodus AV mengeluarkan impuls lebih rendah dari nodus SA yaitu 40-60 x/ menit.
C.
Berkas His
Nodus AV
kemudian menjadi berkas His yang menembus jaringan pemisah miokardium atrium
dan miokardium ventrikel, selanjutnya berjalan pada septum ventrikel yang
kemudian bercabang menjadi dua menjadi berkas kanan dan berkas kiri ynag kemudian
menuju endokardium ventrikel kanan dan kiri. Berkas tersebut bercabang menjadi
serabut-serabut Purkinje.
D.
Serabut
Purkinje
Serabut
Purkinje mampu mengeluarkan impuls denagn frekuensi 20-40 x/ menit.
2.3 ELEKTROFISIOLOGI
SEL OTOT JANTUNG
Sel otot
jantung dalam keadaan istirahat permukaan luarnya bermuatan positif dan bagian
dalamnya bermuatan negatif. Perbedaan potensial muatan melalui membran sel ini
kira-kira -90 milivolt. Ada 3 ion yang mempunyai peran penting dalam
elektrofisiologi sel, yaitu Kalium, Natrium dan Kalsium.
Rangsangan
listrik dapat secara tiba-tiba menyebabkan masuknya ion Natrium dengan cepat
dari cairan luar sel ke dalam, sehingga menyebabkan muatan dalam sel menjadi
lebih positif dibandingkan muatan luar sel. Proses terjadinya perubahan muatan
akibat rangsangan dinamakan depolarisasi. Setelah depolarisasi, terjadi
pengembalian muatan ke keadaan semula yang dinamakan repolarisasi. Seluruh
proses tersebut disebut Aksi Potensial.
2.4 ELEKTROKARDIOGRAM.
Elektrokardiogram adalah suatu grafik yang
menggambarkan rekaman listrik jantung. Kegiatan listrik jantung dalam tubuh
dapat dicatat dan direkam melalui elektroda-elektroda yang dipasang pada
permukaan tubuh. EKG hanyalah salah satu pemeriksaan laboratorium yang
merupakan alat bantu dalam menegakkan diagnosis penyakit jantung. Gambaran
klinis penderita tetap merupakan pegangan yang penting dalam menentukan
diagnosis.
Untuk
memperoleh rekaman EKG, dipasang elektroda-elektroda di kulit pada
tempat-tempat tertentu. Lokasi penempatan elektroda sangat penting
diperhatikan, karena penempatan yang salah akan menghasilkan pencatatan yang
berbeda.
Terdapat 2
jenis sandapan pada EKG, yaitu :
1. Sandapan Bipolar
Dinamakan sandapan bipolar karena
sandapan ini hanya merekam perbedaan potensial dari 2 elektroda, sandapan ini
ditandai dengan angka romawi I,II dan III.
·
Sandapan I
Merekam beda potensial antara tangan
kanan (RA) dengan tangan kiri (LA), dimana tangan kanan bermuatan negatif dan
tangan kiri bermuatan positif.
·
Sandapan II
Merekam beda potensial antara tangan
kanan (RA) dengan kaki kiri (LF), dimana tangan kanan bermuatan negative dan
kaki kiri bermuatan positif.
·
Sandapan III
Merekam beda potensial antara tangan
kiri (LA) dengan kaki kiri (LF), dimana tangan kiri bermuatan negative dan kaki
kiri bermuatan positif.
2. Sandapan Unipolar
Sandapan
unipolar terbagi menjadi 2 bagian yaitu :
·
Sandapan
unipolar ekstremitas
Merekam besar potensial listrik pada
satu ekstremitas, elektroda eksplorasi diletakkan pada ekstremitas yang akan
diukur. Gabungan elektroda-elektroda pada ekstremitas yang lain membentuk
elektroda indiferen.
*aVR : merekam potensial
listrik pada tangan kanan (RA) yang bermuatan (+),dan elektroda (-)
gabungan tangan kiri dan kaki kiri membentuk elektroda indifiren.
* aVL : merekam potensial listrik pada tangan kiri (LA) yang bermuatan (+), dan muatan (-) gabungan tangan kanan dan kaki kiri membentuk elektroda indifiren.
* aVL : merekam potensial listrik pada tangan kiri (LA) yang bermuatan (+), dan muatan (-) gabungan tangan kanan dan kaki kiri membentuk elektroda indifiren.
* aVF : merekam potensial listrik pada kaki kiri (LF) yang bermuatan (+) dan elektroda (-) dari gabungan tangan kanan dan kaki kiri membentuk elektroda indifiren.
·
Sandapan
unipolar prekordial
Merekam besar potensial listrik
jantung dengan bantuan elektroda eksplorasi yang ditempatkan pada beberapa
tempat dinding dada. Elektroda indiferen diperoleh denagn menggabungkan ketiga
elektroda ekstremitas.
v Sadapan V1
ditempatkan di ruang intercostal IV di kanan sternum.
v Sadapan V2
ditempatkan di ruang intercostal IV di kiri sternum.
v Sadapan V3
ditempatkan di antara sadapan V2 dan V4.
v Sadapan V4
ditempatkan di ruang intercostal V di linea (sekalipun detak apeks
berpindah).
v Sadapan V5
ditempatkan secara mendatar dengan V4 di linea axillaris anterior.
v Sadapan V6
ditempatkan secara mendatar dengan V4 dan V5 di linea midaxillaris.
2.5 KERTAS EKG
Kertas grafik yang terdiri dari
bidang horizontal (mendatar) dan vertikal (keatas), yang berjarak 1 mm (satu
kotak kecil). Garis horizontal menggambarkan waktu, dimana 1 mm = 0.04 detik,
sedangkan 5 mm = 0.2 detik. Garis vertikal menggambarkan voltase, dimana 1 mm =
0.1 mV, sedangkan 10 mm = 1 mV. Pada perekaman normal sehari-hari, kecepatan
kertas dibuat 25 mm/detik, kalibrasi pada 1 mV. Bila dirubah harus dicatat pada
setiap sandapan (lead).
2.6 Kurva EKG
Kurva EKG
menggambarkan proses listrik yang terjadi di atrium dan ventrikel. Proses
listrik terdiri dari :
- Depolarisasi atrium (tampak dari gelombang P)
- Repolarisasi atrium (tidak tampak di EKG karena bersamaan dengan depolarisasi ventrikel)
- Depolarisasi ventrikel (tampak dari kompleks QRS)
- Repolarisasi ventrikel (tampak dari segmen ST)
Kurva EKG
normal terdiri dari gelombang P,Q,R,S dan T kadang-kadang tampak gelombang U.
EKG 12 Lead
Lead I, aVL,
V5, V6 menunjukkan bagian lateral jantung
Lead II,
III, aVF menunjukkan bagian inferior jantung
Lead V1 s/d
V4 menunjukkan bagian anterior jantung
Lead aVR
hanya sebagai petunjuk apakah pemasangan EKG sudah benar
Gelombang P
Gelombang P
adalah representasi dari depolarisasi atrium. Gelombang P yang normal:
- lebar < 0,12 detik (3 kotak kecil ke kanan)
- tinggi < 0,3 mV (3 kotak kecil ke atas)
- selalu positif di lead II
- selalu negatif di aVR
Yang ditentukan adalah normal atau
tidak:
- Normal
- Tidak normal:
- P-pulmonal : tinggi > 0,3 mV, bisa karena hipertrofi atrium kanan.
- P-mitral: lebar > 0,12 detik dan muncul seperti 2 gelombang berdempet, bisa karena hipertrofi atrium kiri.
- P-bifasik: muncul gelombang P ke atas dan diikuti gelombang ke bawah, bisa terlihat di lead V1, biasanya berkaitan juga dengan hipertrofi atrium kiri.
PR
Interval
PR interval
adalah jarak dari awal gelombang P sampai awal komplek QRS. Normalnya 0,12 –
0,20 detik (3 – 5 kotak kecil). Jika memanjang, berarti ada blokade impuls.
Misalkan pada pasien aritmia blok AV, dll.
Yang
ditentukan: normal atau memanjang.
Kompleks QRS
Adalah
representasi dari depolarisasi ventrikel. Terdiri dari gelombang Q, R dan S.
Normalnya:
- Lebar = 0.06 – 0,12 detik (1,5 – 3 kotak kecil)
- tinggi tergantung lead.
Yang dinilai:
- Gelombang Q: adalah
defleksi pertama setelah interval PR / gelombang P. Tentukan apakah dia normal
atau patologis. Q Patologis antara lain:
- durasinya > 0,04 (1 kotak kecil)
- dalamnya > 1/3 tinggi gelombang R.
Variasi
Kompleks QRS
- QS, QR, RS, R saja, rsR’, dll. Variasi tertentu biasanya terkait dengan kelainan tertentu.
- Interval QRS, adalah
jarak antara awal gelombang Q dengan akhir gelombang S. Normalnya 0,06 – 0,12
detik (1,5 – 3 kotak kecil). Tentukan
apakah dia normal atau memanjang.
Tentukan RVH/LVH
Rumusnya,
- RVH jika tinggi R / tinggi S di V1 > 1
- LVH jika tinggi RV5 + tinggi SV1 > 35
ST Segmen
ST segmen
adalah garis antara akhir kompleks QRS dengan awal gelombang T. Bagian ini
merepresentasikan akhir dari depolarisasi hingga awal repolarisasi ventrikel.
Yang dinilai:
- Normal: berada di garis isoelektrik
- Elevasi (berada di atas garis isoelektrik, menandakan adanya infark miokard)
- Depresi (berada di bawah garis isoelektrik, menandakan iskemik)
Gelombang T
Gelombang T
adalah representasi dari repolarisasi ventrikel. Yang dinilai adalah:
- Normal: positif di semua lead kecuali aVR
- Inverted: negatif di lead selain aVR (T inverted menandakan adanya iskemik)
3 Cara menilai ekg
Tentukan irama jantung (Rhytme).
Irama teratur.
HR = 60 –
100 x/menit.
Gelombang
“P” normal, setiap gelombang “P” selalu diikuti oleh kompleks “QRS”.
Interval “PR”
normal (0.12-0.20 detik).
Kompleks
“QRS” normal (0.06-0.12 detik).
Semua
gelombang sama.
Tentukan frekuensi.
300 :
(jumlah kotak besar pada interval “RR”).
1500 :
(jumlah kotak kecil pada interval “RR”.
Bila
kemungkinan bradikardi, atau denyut yang tidak teratur, ambil lead II
sepanjang 6 detik, kemudian hitung
jumlah kompleks QRS dikalikan 10.
Tentukan sumbu jantung.
Lihat
sandapan (lead) I
Jumlahkan
ketinggian R dan kedalaman S (+/-).
Lihat
sandapan (lead) aVF.
Jumlahkan
ketinggian R dan kedalaman S (+/-).
Lalu buat
gradien seperti gambar (slide 30).
Tentukan normal axis, axis bergerak ke kiri (LAD),
axis bergerak ke kanan (RAD), atau indeterminate
Hipertropi
Atrium Kanan (RAH).
Ditandai
gelombang P yang lancip disebut P Pulmonal. Tinggi gelombang P diatas 0.25 mV.
(2.5 kotak kecil) pada II, III, aVF.
Hipertropi
Atrium Kiri (LAH).
Ditandai gelombang P yang lebar disebut P Mitral.
Lebar gelombang lebih dari 0.12 detik.
Tentukan ada tidaknya hipertropi.
Hipertropi
Ventrikel Kanan (RVH).
Perbandingan
tinggi gelombang R dengan gelombang S lebih dari 1.
Hipertropi
Ventrikel Kiri (LVH).
jumlah kotak kecil R pada lead I + S pada lead III
>/ 25 mm atau Jumlah kotak kecil kedalaman S pada V1 ditambah
jumlah kotak kecil R pada V5 atau V6 lebih dari 35 kotak.
Tentukan ada tidaknya iskemik atau infark miokard.
Iskemik
miokard ditandai tanda adanya ST Depresi atau gelombang T terbalik.
Infark
miokard ditandai dengan ST Elevasi (STEMI) atau Q patologis (Non STEMI).
Infark
septal pada V1 dan V2.
Infark
anterior pada V3 dan V4.
Infark
anteroseptal pada V1, V2, V3, dan V4.
Infark
lateral pada V5 dan V6.
Infark
inferior pada II, III, dan aVF.
Infark
ekstensif anterior pada I, aVL, V1 – V6.
Tentukan ada tidaknya tanda akibat gangguan
elektrolit.
Hiperkalemia
: gelombang T lancip.
Hipokalemia
: adanya gelombang U.
Hiperkalsemia
: interval QT memendek.
Hipokalsemia
: interval QT memanjang.
2.7 Prosedur Perekaman EKG
Persiapan
Alat.
a.
Mesin EKG
yang dilengkapi : kabel sumber listrik, kabel untuk bumi (ground), kabel
elektroda : ekstremitas dan dada, plat elektroda ekstremitas dan pengikatnya,
dan balon penghisap elektroda dada.
b.
Jelly.
c.
Kertas
tissue.
d.
Gaas/kapas
alkohol.
e.
Spidol.
f.
Kertas EKG.
g.
Pulpen.
Persiapan
Pasien.
a.
Penjelasan
tentang : tujuan pemeriksaan, hal-hal yang harus diperhatikan saat perekaman
EKG.
b.
Dinding dada
harus terbuka.
2.7 CARA KERJA
ELEKTROKARDIOGRAF EKG
-
Nyalakan
mesin EKG.
-
Baringkan
pasien dengan tenang di tempat tidur yang cukup luas, tangan dan kaki tidak
saling bersentuhan.
-
Bersihkan
dada, kedua pergelangan tangan dan kaki dengan kapas alkohol (kalau perlu dada
dan pergelangan kaki di cukur).
-
Keempat
elektroda ekstremitas diberi jelly.
-
Pasang
keempat elektroda ekstremitas tersebut pada kedua pergelangan tangan dan kaki.
-
Dada diberi
jelly sesuai lokasi untuk elektroda V1 sampai V6.
-
Pasang
elektroda dada dengan menekan karet balon penghisapnya.
-
Buat
kalibrasi sebanyak 3 buah.
-
Rekam setiap
lead, 3-4 beat.
-
Setelah
selesai perekaman semua lead, buat kalibrasi ulang.
-
Semua
elektroda dilepas.
-
Jelly
dibersihkan dari tubuh pasien.
-
Beritahu
pasien bahwa perekaman sudah selesai.
-
Matikan
mesin EKG.
-
Catat : nama
pasien, umur, tanggal dan jam pengambilan.
-
Bersihkan
dan rapikan alat.
BAB III
HASIL
PENILAIAN ELEKTROKARDIOGRAF ( EKG )
Nama pasien :
Tri Setiawan
Umur : 18 tahun
Hasil
penilaian elektrokardiograf pada Lead II pada tabel di bawah ini sebagai
berikut :
No
|
Nama Gelombang
|
Lebar
|
Tinggi
|
Positif ( + ) atau negative ( - )
|
Normal atau tidak normal
|
Nilai
|
1
|
Gelombang P
Normal
·
Lebar ≤ 0,12 detik atau 3 kotak kecil
·
tinggi ≤
0,3 mv atau 3 kotak
|
0,08
|
0,04
|
Positif ( + )
|
normal
|
-
|
2
|
Gelombang QRS
Normal
·
Lebar 0,06
– 0,12 detik
·
Dalamnya
< 1/3 tinggi R
|
0,08
|
-
|
Normal
|
-
|
|
3
|
Gelombang Q
Normal
·
Lebar <
0,04 detik
·
Dalamnya
< 1/3 tinggi R
|
0,04
|
1/3 Tinggi R
|
Negatif ( -)
|
Normal
|
-
|
4
|
Gelombang R
|
-
|
-
|
Positif ( + )
|
Normal
|
-
|
5
|
Gelombang S
|
-
|
-
|
Negatif ( - )
|
Normal
|
-
|
6
|
Gelombang T
|
-
|
-
|
Positif ( + )
|
Normal
|
-
|
7
|
Gelombang U
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
8
|
Interval PR
Normal ( 0,12 – 0,20 detik )
|
-
|
-
|
-
|
Normal
|
0,08 detik
|
9
|
Segmen ST
Normal –o,5 sampai +2mm
|
-
|
-
|
-
|
Normal
|
2mm
|
3.1 Frekuensi
Jantung.
1.
300 =
75 (NORMAL) 4
2.
1500 = 75 ( NORMAL ) 20
3.2 Irama
Jantung
ü Tidak
teratur / ireguler
ü Frekuensi
jantung ( HR ) = 75
ü Gelombang P
ada dan normal
ü Interval PR
normal
ü Gelombang
QRS normal
3.3 Tanda
Hipertrofi
Setelah diamati tidak ditemukan
adanya hipertropi baik hipertropi kanan dan kiri,karena tidak adanya gelombang
P yang lancip yang lebarnya 2.5 kotak kecil di hipertopi kanan. Sedangkan
Hipertopi Kiri juga tidak ditemukan gelombang P yang lebar pada lead II.
3.4 Setelah
disimpulkan bahwa hasil EKG di atas termsuk dalam ARITMIA SINUS, yaitu . Dimana
aritmia sinus ini memiliki criteria yang sama dengan hasil EKG di atas,antara
lain :
-
Irama : Tidak beraturan
-
Frekuensi (
HR ) : Biasanya antara 60-100 X/
menit
-
Gelombang P : Normal, setiap gel P selalu di ikuti QRST
-
Interval : Normal, ( 0,12-0,20
detik )
-
Gelombang
QRS : Normal ( 0,06 – 0,12 detik )
BAB IV
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
·
Elektrokardiografi adalahilmu yang mempelajari
aktifitas listrik jantung. Sedangkan Elektrokardiogram( EKG ) adalah suatu
grafik yang menggambarkan rekaman listrik jantung.
·
Sebuah pendekatan metodik sederhana yang dapat
diterapkan pada setiap EKG. Setiap EKG harus didekati dengan cara berurutan,
terutama kalau seorang perawat yang masih baru di bidang ini, sehingga tidak
ada hal penting yang terlewatkan. Kalau perawat semakin banyak mengenal,membaca
kardiogram, hal yang pada mulanya mungkin tampak terpaksa dan secara mekanik
akan memberikan keuntungan besar dan akan segera menjadi seperti kebiasaan.
·
Gelombang P;gambaran proses depolarissi atrium.
Gelombang QRS;gambaran proses depolarisasi
ventrikel
Gelombang
T;gambaran proses repolarisasi ventrikel.
Gelombang U; timbul setelah gelombang T dan sebelum
gelombang P berikutnya
Interval PR; diukur dari permukaan gelombang P sampai
permulaan gelombang QRS.
4.2 Saran
1. Dengan
adanya pembelajaran tentang EKG,maka kenalilah dulu pasien kita. Benar bahwa
EKG saja dapat dibaca dengan cukup tepat, tetapi kekuataan alat ini baru
betul-betul muncul bila diintregasikan dengan penilaian klinik secara total.
2. Guna dalam
pembacaan EKG,selanjutnya membacalah terus lebih banyak. Bacalah di mana pun
Anda menemukan EKG, tidak hanya mengacu pada materi ini, tetapi bacalah dari
berbagai sumber pengetahuan tentang EKG.Kenalilah lebih dalam dulu dasar-dasar
tentang EKG,maka seorang perawat akan dapat menguasai materi dan mampu untuk
mempraktekannya.