BAB I
PENDAHULUAN
Dalam melakukan fungsinya sehari-hari, neuron-neuron
yang ada diotak menghantarkan impuls saraf satu dengan yang lain, baik dari
korteks serebri ke perifer maupun sebaliknya. Aktifitas listrik ini bersifat ritmik,
terus menerus dan diduga berasal dari talamus yang berfungsi semacam pacemaker,
yang dipancarkan ke korteks serebri melalui neuron dan sinaps-sinapsnya. Intensitas
kegiatan listrik ini berubah sesuai dengan tingkat aktivitas otak, tetapi
selalu terdapat aktivitas listrik dasar yang bersumber dari talamus tadi. Untuk
merekam aktivitas listrik tersebut, dipakai alat Elektroensefalografi (EEG)
yang dapat merekam aktivitas listrik setelah sampai di korteks.
Otak manusia merupakan sumber dari segala pikiran,
emosi, persepsi dan tingkah laku. Otak terdiri dari jutaan elemen mikroskopik
yang disebut saraf yang menggunakan bahan kimia dalam mengatur aktivitas
listrik di dalam otak. Tahapan embrional yang penting dalam perkembangan
otak adalah neurulasi, proliferasi, migrasi, mielinisasi dan sinatogenesis.
Keadaan mulai lahir sampai usia 5 tahun akan terjadi pertumbuhan fisik yang
cepat diikuti dengan perkembangan otak. Maturitas dari otak yang paling tinggi
pada batang otak dan terakhir pada kortek serebri. Setelah usia 5 tahun maka
pertumbuhan otak berjalan lambat, dan progresivitasnya untuk mencapai
usia pertengahan masa kanak-kanak biasanya antara usia 6-8 tahun.
Sinaptogenesis terjadi secara cepat pada kortek serebri saat 2 tahun dari kehidupan.
Myelinisai paling cepat saat usia 2 tahun pertama kemudian berlangsung lebih
lambat setelah itu.
Neuron- neuron yang berhubungan (fungsi motorik,
sensorik dan kognitif) mengalami mielinisasi yang besar dimulai saat usia anak
masuk sekolah (6 tahun) dan sel saraf area ini terjadi mielinisasi yang lengkap
antara usia 6-12 tahun. Lebih jauh lagi hal ini dekat sekali hubungannya dengan
maturasi hipokampus di mana terjadi mielinisasi pada anak-anak.
BAB II
EEG
2.1
Pengertian EEG
Electroencephalogram
atau EEG merupakan alat yang telah digunakan sejak tahun 1924 untuk mendeteksi
kebohongan seorang criminal dari seluruh dunia. Sebuah EEG digunakan untuk
mengetes dan merekam aktivitas elektrik dari otak manusia. Terdapat sensor
khusus (elektroda) yang dipasang di kepala dan dikaitkan dengan kabel ke sebuah
computer. Kemudian computer akan merekam aktivitas elektrik otak ke layar atau
kertas dalam bentuk garis-garis bergelombang. Dalam kondisi tertentu, seperti
keterkejutan, dapat dilihat perubahan hasilnya dalam pola normal aktivitas
elektrik otak di layar. Yang tujuannya untuk mengetahui ada tidaknya abnormalitas fungsi maupun
struktur lapisan otak bagian luar.
Kalangan
kedokteran menggunakan sinyal EEG untuk diagnosa penyakit yang berhubungan
dengan kelainan otak dan kejiwaan. Walaupun penggunaan teknik modern seperti CT
Scan dan Magnetic Resonance Imaging (MRI) dapat memeriksa otak, namun EEG tetap
berguna mengingat sifatnya yang non-destruktif, dapat digunakan secara on line
dan sangat murah harganya dibandingkan kedua metoda. Disamping keunggulan lain,
sinyal EEG dapat mengidentifikasi kondisi mental dan pikiran, serta menangkap
persepsi seseorang terhadap rangsangan luar.
2.2
Tujuan EEG
Kalangan
kedokteran menggunakan sinyal EEG untuk diagnosa penyakit yang berhubungan
dengan kelainan otak dan kejiwaan. Walaupun penggunaan teknik modern seperti CT
Scan dan Magnetic Resonance Imaging (MRI) dapat memeriksa otak, namun EEG tetap
berguna mengingat sifatnya yang non-destruktif, dapat digunakan secara on line
dan sangat murah harganya dibandingkan kedua metoda. Disamping keunggulan lain,
sinyal EEG dapat mengidentifikasi kondisi mental dan pikiran, serta menangkap
persepsi seseorang terhadap rangsangan luar.
2.3
Fungsi EEG
Berikut fungsi EEG :
A.
Mendiagnosis epilepsi dan tanda-tandanya.
B.
Mengecek permasalahan pada orang yang mengalami
kehilangan kesadaran.
C.
Mencari tahu apakah seseorang dalam keadaan koma.
D.
Mempelajari penyebab susah tidur.
E.
Melihat aktivitas otak ketika seseorang menerima obat
anestesi selama operasi otak.
F.
Membantu orang yang memiliki masalah psikis, seperti
rasa gugup, dan kesehatan mental.
2.4
Persiapan
Sebelum Pemeriksaan
Sebelum melakukan tindakan EEG, maka pasien ada
beberapa hal yang harus dipersiapkan, diantaranya yaitu :
A.
Identitas penderita harus dicatat lengkap
B.
Tingkat kesadaran penderita harus dicatat, untuk
menghindari salah interpretasi EEG
C.
Obat-obatan yang dikonsumsi oleh pasien harus
diidentifikasi, oleh karena beberapa obat-obatan tertentu yang dapat
mempengaruhi frekuensi maupun bentuk gelombang otak. -Saat terbaik perekaman
adalah pada saat bebas obat sehingga gelombang otak yang didapat adalah
gelombang otak yang bebas dari pengaruh obat
D.
Premedikasi, dosis dan berapa lama sebelum perekaman
harus diidentifikasi dengan jelas.
E.
Pasien dalam keadaan tenang dan rileks
F.
Kulit kepala dalam keadaan bersih, bebas kotoran,
debu, minyak dan kulit yang mati. sampolah rambut serta membilas dengan air
bersih saat mandi sore atau pagi hari sebelum di lakukan test
G.
Perhatikan adanya bekas luka, bekas kraniotomi
H.
Hindari makanan yang mengandung kafein ( seperti kopi,
teh, cola, dan coklat) sedikitnya 8 jam sebelum test. Makanlah dalam
porsi kecil sebelum test, sebab gula darah rendah ( hypoglycemia) dapat
menghasilkan test abnormal
I.
Tidur dapat mempengaruhi hasil EEG maka ushakan agar
pasien tidak tertidur saat dilakukan test, jika anak-anak akan di EEG coba
untuk tidur sebentar tepat sebelum dilakukan test
J.
Penyuluhan penderita sebelum perekaman tentang tujuan
dilakukannya EEG, apa yang dilakukan teknisi terhadap dirinya sebelum dan saat
perekaman, apa yang harus dilakukan penderita saat perekaman dan apa yang akan
dirasakan oleh penderita saat perekaman
K.
Identifikasi hasil neuroimaging yang sudah dilakukan.
2.5
Prosedur
Cara Penggunaan EEG
A.
Sebelum melakukan prosedur perekaman EEG sebaiknya
diketahui Standard Minimal.
B.
Perekaman EEG yaitu memakai minimal 16 channel yang
bekerja secara simultan. Setiap area di otak bisa memberikan pola yang sama
atau berbeda pada waktu yang bersamaan, dan menurut pengalaman diperlukan
perekaman pada minimal 8 area di otak secara simultan untuk mendapatkan
distribusi pola EEG. Perekaman dengan 8 channel secara simultan diperkirakan
cukup mencakup permukaan otak untuk menghindari misinterpretasi.
C.
Memakai minimal 17 elektrode pencatat. Semua elektroda
ini harus mencakup area frontal, central, parietal, oksipital, temporal,
auricular atau mastoid, vorteks dan elektroda ground.
D.
Kedua system monopolar (referensial) dan bipolar
(diferensial) harus digunakan secara rutin. Setiap system montage mempunyai
keunggulan dan kekurangan, sehingga penggunaan kedua system sekaligus adalah
esensial untuk mendapatkan informasi yang akurat.
E.
Harus ada prosedur buka tutup mata. Aktifitas alfa
dapat memberi informasi tentang fungsi abnormal otak. Aktifitas paroksismal
dapat pula dicetuskan oleh prosedur ini.
F.
Mesin EEG harus dikalibrasi di awal dan di akhir
rekaman. Perubahan setting alat selama perekaman harus dicatat.
G.
Lama perekaman minimal 15-20 menit pada penderita sadar.
Bila ada prosedur stimulasi fotik, hiperventilasi dan tidur maka lama perekaman
harus ditambah. EEG adalah sample waktu dari kehidupan seseorang, dan waktu 20
menit adalah waktu yang sangat singkat untuk menarik suatu kesimpulan dari
suatu kerja atau suatu fungsi otak seseorang. Oleh karena itu semakin lama
perekaman maka semakin besar kemungkinan kita untuk menemukan abnormalitasnya.
2.6
Prinsip
Kerja dari EEG
Elektroda
EEG ukurannya lebih kecil daripada elektroda ECG. Elektroda EEG
dapat diletakkan secara terpisah pada kulit kepala atau dapat dipasang
pada penutup khusus yang dapat diletakkan pada kepala pasien.
Untuk meningkatkan kontak listrik antara elektroda dan kulit kepala digunakan elektroda jelly atau pasta. Bahan elektroda yang umumnya digunakan adalah perak klorida. EEG direkam dengan cara membandingkan tegangan antara elektroda aktif pada kulit kepala dengan elektroda referensi pada daun telinga atau bagian lain dari tubuh. Tipe merekam ini disebut monopolar. Tetapi tipe merekam bipolar lebih populer dimana tegangan dibandingkan antara dua elektroda pada kulit kepala. Berikut ini diperlihatkan blok diagram dari peralatan EEG.
A. Amplifier
Amplifier digunakan karena EEG harus memiliki
penguatan yang tinggi dan karakteristik noise yang rendah sebab amplitudo
tegangan EEG sangat rendah. Amplifier yang digunakan harus bebas dari
interferensi sinyal dari kabel listrik atau dari peralatan elektronik yang
lain. Noise sangat berbahaya di dalam kerja EEG karena gelombang elektroda yang
dilekatkan pada kulit kepala hanya beberapa mikrovolt ke amplifier. Amplifier
digunakan untuk meningkatkan amplitudo hingga beratus-ratus bahkan beribu-ribu
kali dari sinyal yang lemah yang hanya beberapa mikrovolt. Rangkaian dalam
sederhana dari amplifier EEG diperlihatkan pada Gambar 3.
B.
Kontrol
Sensitivitas
Keseluruhan sensitivitas dari sebuah alat EEG adalah
penguatan dari amplifier dikalikan dengan sensitivitas dari alat
penulisan. Jika sensitivitas alat penulisan adalah 1 cm/V, amplifier harus
mempunyai keseluruhan penguatan 20.000 untuk 50 μV sinyal untuk
memantulkan untuk menghasilkan nilai penguatan diatas.
Langkah-langkahnya adalah kapasitor digabungkan.
Sebuah alat EEG mempunyai dua tipe dari kontrol penguatan. Pertama adalah variabel
kontinu dan digunakan untuk menyamakan sensitivitas semua channel. Kedua adalah
kontrol beroperasi sejalan dan dimaksudkan untuk meningkatkan atau
mengurangi sensitivitas dari suatu channel oleh sesuatu yang dikenal.
Kontrol ini biasanya dikalibrasi dalam desibel. Penguatan amplifier
normalnya diset sehingga sinyalnya sekitar 200 μV dipantulkan pena diatas
daerah linearnya.
C.
Filter
Ketika direkam oleh elektroda, EEG mungkin berisi
kerusakan otot dalam kaitannya dengan kontraksi dari kulit kepala dan
otot leher. kerusakannya besar dan tajam sehingga menyebabkan kesulitan besar
dalam klinik dan interpretasi otomatis EEG. Cara paling efektif untuk
mengurangi kerusakan otot adalah dengan menyarankan pasien untuk rileks, tapi
ini tidak selalu berhasil. Kerusakan ini umumnya dihilangkan menggunakan low
pass filter. Filter pada alat EEG mempunyai beberapa pilihan posisi yang
biasanya ditandai dengan tetapan waktu. Suatu nilai satuan tetapan waktu
yang diset untuk kontrol frekuensi rendah adalah 0,03; 0,1; 0,3; dan 1,0 detik.
Tetapan waktu ini sesuai dengan 3 dB menunjuk pada frekuensi 5,3; 1,6; 0,53;
dan 0,16 Hz. Di atas frekuensi cut-off dan dikontrol dengan filter high-
frekuensi. Beberapa nilai dapat dipilih, diantaranya adalah 15, 30, 70, dan 300
Hz.
D.
Sistem
Penulisan
Sistem penulisan pada EEG umumnya menggunakan sistem
ink writing tipe direct-writing ac recorder yang menyediakan respon
frekuensi hingga 60 Hz pada 40 mm puncak ke puncak. Tipe umum dari
direct-recorder adalah tipe stylus yang langsung menulis pada kertas yang
digerakkan di bawahnya. Pada umumnya di dalamsistem direct-writing recorder,
digunakan galvanometer yang mengaktifkan lengan penulis yang disebut pen atau
stylus.
Mekanismenya dimodifikasi dari pergerakan D’Arsonval meter.
Sebuah kumparan dari kawat tipis berputar pada suatu bingkai aluminium
segi-empat dengan ruang udara antara kutub suatu magnet permanen. Poros baja
yang dikeraskan dikaitkan dengan bingkai kumparan sedemikian sehingga kumparan
berputar dengan friksi minimum. Paling sering, jewel dan poros digantikan oleh
taut- band sistem. Suatu pen ringan terikat dengan kumparan. Spring berkait
dengan bingkai mengembalikan pen dan kumparan selalu ke suatu titik acuan.
Ketika listrik mengalir sepanjang kumparan, suatu medan magnet timbul yang
saling berhubungan dengan medan magnet dari magnet permanen. Hal itu
menyebabkan kumparan mengubah sudut posisinya seperti pada suatu motor listrik.
Arah perputaran tergantung dari arah aliran arus di dalam kumparan. Besar
defleksi dari pen adalah sebanding dengan arus yang mengalir melalui kumparan.
Penulisan stylus dapat mempunyai tinta di ujungnya
atau dapat mempunyai suatu ujung yang menjadi kontak dengan suatu sensitif
elektro, tekanan yang sensitif atau panas kertas sensitif. Jika suatu penulisan
lengan dari panjang yang ditetapkan digunakan, sumbu koordinat akan menjadi
kurva. Dalam rangka mengkonversi kurva linier dari ujung penulisan ke dalam
kurva gerak lurus, berbagai mekanisme telah dipikirkan untuk mengubah panjang efektif
dari lengan penulisan sehingga bergerak ke tabel perekaman.
Instrumen taut-band lebih disukai dibandingkan dengan
instrumen poros dan jewel karena lebih menguntungkan untuk meningkatkan
sensitivitas listrik, mengeliminasi friksi, lebih baik pengulangannya dan
meningkatkan daya tahannya.
E.
Noise
Amplifier EEG dipilih untuk level minimum derau yang
dinyatakan dalam kaitan dengan ekuivalen tegangan masuk. Dua mikrovolt sering
dinyatakan dapat diterima oleh perekam EEG. Noise berisi komponen dari semua
frekuensi dan perekaman noise dapat meningkatkan bandwith dari sistem. Oleh
karena itu, penting untuk membatasi bandwith yang dibutuhkan untuk menghasilkan
sinyal.
F.
Penggerak
Kertas
Hal ini disediakan oleh suatu motor sinkron. Sebuah
mekanisme penggerak kertas yang stabil dan akurat perlu dan normal untuk
mempunyai beberapa kecepatan kertas yang tersedia untuk dipilih. Kecepatan pada
15, 30, dan 60 mm/s penting. Beberapa mesin juga menyediakan kecepatan di luar
daerah ini.
G.
Saluran
EEG direkam secara serempak dari sebuah susunan yang
terdiri atas banyak elektroda. Elektroda dihubungkan untuk memisahkan amplifier
dan sistem penulisan. Mesin EEG komersial dapat memiliki
sampai 32 saluran, walaupun 8 atau 16 saluran lebih umum.
2.7
Pembacaan
Hasil
Mendapatkan rekaman EEG yang baik
dan benar adalah salah satu dari tujuan utama dari pemeriksaan EEG selain
interpretasi yang benar. EEG adalah alat untuk menunjang tegaknya diagnosa,
selama kita dapat memperoleh rekaman yang baik dan benar. Rekaman yang tidak
baik justru akan menyesatkan tegaknya diagnosa.
2.8
Sinyal
Electroencephalogram (EEG)
Pada
pembacaan hasil EEG perlu diperhatikan :
A.
Lokasi / distribusi
B.
Frekuensi
C.
Pola / gambaran khas
D.
Usia
E.
Bangun
F.
Tidur
Sinyal EEG dapat diketahui dengan menggunakan
elektroda yang dilekatkan pada kepala. Tegangan sinyalnya berkisar 2 sampai
200 μV, tetapi umumnya 50 μV. Frekuensinya bervariasi tergantung pada
tingkah laku. Daerah frekuensi EEG yang normal rata-rata dari 0,1 Hz hingga 100
Hz, tetapi biasanya antara 0,5 Hz hingga 70 Hz. Variasi dari sinyal EEG yang
terkait dengan frekuensi dan amplitudo mempengaruhi diagnostik. Daerah
frekuensi EEG dapat diklasifikasikan menjadi beberapa bagian untuk analisis
EEG, yaitu :
1.
Gelombang di posterior :
a.
Gelombang Alpha
Gelombang
alfa mempunyai frekwensi 8-12 siklus per detik. Gelombang alfa terlihat normal
pada saat bangun dan mata tertutup (tidak tertidur)
Distribusi :
bagian posterior kepala (oksipital, parietal dan temporal posterior) dapat
meluas ke sentral, verteks dan
midtemporal
Karakteristik
: sinusoidal, waxes and wanes, Amplitudo : 20 – 70 uV (
Ka>Ki)
Reaktivitas
: Amplitudo berkurang saat buka mata, aktivitas mental
sedangkan frekuensi berkurang saat mengantuk
Anak :
Frekuensi tergantung usia
3-4 bln : 3.5 – 4.5
Hz 3 thn : 8
Hz
12 bln : 5 – 6
Hz
9 thn : 9 Hz
24 bln : 7
Hz
15 thn: 10 Hz
b.
Gelombang lambda
Karakteristik
: dapat terlihat saat bangun, buka mata, polaritas positif, asimetri (normal),
di daerah oksipital, jelas terlihat usia 2 – 15 thn, dan jarang terlihat
pada usia tua . Gelombang Lambda mempunyai amplitudo : 20 – 50 uV .
Reaktivitas
: gelombang ini tampak jika melihat suatu objek,dan menghilang saat
tutup mata.
2.
Gelombang Mu
Gelombang
ini sering disebut juga comb rhythm, rolandic alpha. Frekuensi
seperti Alpha (8-10 Hz) terdapat pada 20 % orang dewasa, sering pada usia 8 –
16 tahun dan lokasinya di daerah sentral, dapat tampak unilateral atau bilateral.
Karakteristik
: Bentuk lengkung, amplitudonya 20 – 60 uV, gelombang ini akan menurun
frekuensinya atau hilang dengan gerakan aktif, pasif atau stimulus taktil
kontralateral, maupun berpikir tentang gerakan. Gelombang ini
berasal dari korteks sensorimotor.
3.
Gelombang Beta
Gelombang
Beta mempunyai suatu frekwensi 13-30 siklus per detik. Gelombang ini secara
normal ditemukan ketika siaga atau menjalani pengobatan tertentu, seperti
benzodiazepines atau pengobatan anticonvulsants. Distribusi terutama
frontal dan central dengan amplitudo : 10 – 20 uV (dewasa) dan 60 uV (anak usia
12-18 bulan). Gelombang Beta dapat lebih jelas terlihat saat mengantuk, maupun
atas pengaruh obat-obatan (barbiturat, benzodiazepin). Perbedaan
amplitude kanan dan kiri lebih dari 35 % merupakan suatu abnormalitas.
4.
Gelombang Theta
Gelombang
Theta mempunyai frekuensi : 4 – 7 Hz, di daerah frontal atau
fronto-central (tutup mata) , dan Temporal (4 – 7 Hz) biasanya pada
orang tua .Gelombang theta jelas terlihat saat hiperventilasi,mengantuk dan
tidur. Amplitudo : 30 – 80 uV
5.
Gelombang Delta
Gelombang
delta mempunyai suatu frekwensi kurang dari 3 siklus per detik. Gelombang
secara normal ditemukan hanya pada saat sedang tidur dan anak-anak muda
2.9
Hasil Pemeriksaan EEG
Normal
|
A.
Hasil dua
sisi otak menunjukkan pola serupa dari aktivitas elektrik
B.
Tidak ada
gambaran gelombang abnormal dari aktivitas elektrik dan tidak ada gelombang
yang lambat
C.
Jika
pasien dirangsang dengan cahaya (photic) selama test maka hasil
gelombang tetap normal.
|
A. Abnormal
|
B.
Hasil dua
sisi otak menunjukkan pola tidak serupa dari aktivitas elektrik
C.
EEG
menunjukkan gambaran gelombang abnormal yang cepat atau lambat, hal ini
mungkin disebabkan oleh tumor otak, infeksi/peradangan, injuri, strok, atau
epilepsi. Ketika seseorang mempunyai epilepsi dengan pemeriksaan EEG ini bisa
diketahui daerah otak bagian mana yang aktivitas listriknya tidak normal.
Namun pemeriksaan EEG saja tidak cukup, sebab EEG diambil selalu pada saat
tidak ada serangan kejang bukan pada saat serangan, karena tidak mungkin
orang yang sedang mengalami serangan epilepsi dibawa ke rumah sakit untuk
diperiksa EEG. Maka, pemeriksaan EEG harus ditunjang oleh pemeriksaan otak
itu sendiri, yaitu melihat gambaran otaknya dengan teknik foto Magnetic
Resonance Imaging (MRI). Jadi EEG dengan sendirinya tidak cukup untuk
mendiagnosa penyakit neurology tetapi perlu dengan pemeriksaan yang lain
D.
Berbagai
keadaan dapat mempengaruhi gambaran EEG. EEG yang abnormal dapat disebabkan
kelainan di dalam otak yang tidak hanya terbatas pada satu area khusus di
otak, misalnya intoksikasi obat, infeksi otak (ensefalitis), atau penyakit
metabolisme (Diabetik ketoasidosis)
E.
EEG
menunjukkan grlombang delta atau gelombang teta pada orang dewasa yang
terjaga. Hasil ini menandai adanya injuri otak
F.
EEG tidak
menunjukkan aktivitas elektrik di dalam otak ( a “ flat/” atau “ garis lurus”
). Menandai fungsi otak telah berhenti, yang mana pada umumnya
disebabkan oleh tidak adanya (penurunan) aliran darah atau oksigen di dalam
otak. Dalam beberapa hal, pemberian obat penenang dapat menyebabkan
gambaran EEG flat. Hal ini juga dapat dilihat di status epilepsi
setelah pengobatan diberikan.
|
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Electroencephalografi
adalah prosedur pencatatan aktifitas listrik otak dengan alat pencatatan yang
peka sedangkan grafik yang dihasilkannya disebut Electroencephalogram. Jadi,
aktivitas otak berupa gelombang listrik, yang dapat direkam melalui kulit kepala
disebut Elektro-Ensefalografi (EEG). Amplitudo dan frekuensi EEG bervariasi,
tergantung pada tempat perekaman dan aktivitas otak saat perekaman. Saat subyek
santai, mata tertutup, gambaran EEG nya menunjukkan aktivitas sedang dengan
gelombang sinkron 8-14 siklus/detik, disebut gelombang alfa. Gelombang alfa
dapat direkam dengan baik pada area visual di daerah oksipital. Gelombang alfa
yang sinkron dan teratur akan hilang, jika subyek membuka matanya yang
tertutup. Gelombang yang terjadi adalah gelombang beta (> 14 siklus/detik).
Gelombang beta direkam dengan baik di regio frontal, merupakan tanda bahwa
orang terjaga, waspada dan terjadi aktivitas mental. Meski gelombang EEG
berasal dari kortek, modulasinya dipengaruhi oleh formasio retikularis di subkortek.
Keadaan
tidur (alamiah maupun akibat induksi obat) mengaktifkan paroksismalitas yang
umum maupun fokal. Dalam keadaan tidak tidur hanya kira-kira sepertiga individu
dengan diagnosa klinik epilepsy memperlihatkan paroksismalitas spesifik, 15 %
memperlihatkan EEG yang normal dan sisanya memperlihatkan perlambatan atau
percepatan yang spesifik.