Asep Supriadi

aku manusia biasa yang tak punya keahlian / kelebihan apapun, tak bermaksud mengajari / menggurui, hanya belajar dan sedikit sharing kepada pembaca yang budiman, semoga apa yang dituangkan dalam blog ini bermanfaat bagi kita, aamiiinn...

Kamis, 03 September 2015

Askep gerontik kanker ovarium

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1         LATAR BELAKANG

Sesuai dengan UU.23 tahun 1992 (pasal 19) dijelaskan bahwa “ manusia lansia adalah seseorang yang karena usianya mengalami perubahan biologis, fisik, kejiwaan dan sosial, perubahan ini akan memberikan pengaruh pada seluruh aspek kehidupan, termasuk kesehatannya. Oleh karena itu, kesehatan lansia perlu mendapat perhatuan khusus dengan tetap dipelihara dan ditingkatkan agar selama mungkin dapat hidup secara produktif sesuai dengan kemampuannya sehingga dapat ikut serta berperan aktif dalam pembangunan”.
Beberapa alasan timbulnya perhatian kepada lanjut usia, meliputi :
1.      Pensiun-pensiunan dan masalah-masalahnya
2.      Kematian mendadak karena penyakit jantung dan stroke
3.      Meningkatkan jumlah lanjut usia
4.      Pemerataan pelayanan kesehatan
5.      Kewajiban Pemerintah terhadap orang cacat dan jompo
6.      Perkembangan ilmu :
Ø  Gerontologi
Ø  Geriatri
7.      Program PBB
8.      Konferensi Internasional di WINA tahun 1983.
9.      Kurangnya jumlah tempat tidur rumah sakit
10.  Mahal obat-obatan
11.  Tahun Lanjut Usia Internasional 1 Oktober 1999

Berdasarkan beberapa penjelasan di atas, penting bagi kita untuk mengetahui lebih lanjut hal-hal yang berkaitan dengan asuhan keperawatan yang perlu diberikan pada lansia yang di bahas pada bab selanjutnya. Hal ini penting karena agar lansia dapat hidup secara produktif dan dapat memberikan asuhan secara tepat pada lansia sesuai dengan asuhan yang diperlukannya.








1.2         TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan dalam pembuatan makalah ini adalah :
  1. Untuk memenuhi tugas terstruktur mata kuliah keperawatan gerontik.
  2. Untuk mengetahui tentang konsep dasar lansia.
  3. Untuk mengetahui teori tentang penyakit kanker ovarium pada lansia.
  4. Untuk mengetahui asuhan keperawatan yang diberikan pada lansia dengan kanker ovarium.

1.3         METODE PENULISAN
Adapun metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah metode kepustakaan dan mencari beberapa sumber dari internet.

1.4         SISTEMATIKA PENULISAN
Adapun sistematika dalam penulisan makalah ini adalah :
BAB 1             Pendahuluan
BAB 2             Pembahasan
BAB 3             Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
BAB 4             Penutup
Daftar Pustaka












BAB 2
PEMBAHASAN

2.1         KONSEP DASAR LANSIA
2.1.1      Definisi Lansia

·           Menurut UU no 4 tahun 1945 Lansia adalah seseorang yang mencapai umur 55 tahun, tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain (Wahyudi, 2000).
·           Usia lanjut adalah sesuatu yang harus diterima sebagai suatu kenyataan dan fenomena biologis. Kehidupan itu akan diakhiri dengan proses penuaan yang berakhir dengan kematian (Hutapea, 2005).
·           Usia lanjut adalah suatu proses alami yang tidak dapat dihindari (Azwar, 2006).
·           Menua secara normal dari system saraf didefinisikan sebagai perubahan oleh usia yang terjadi pada individu yang sehat bebas dari penyakit saraf “jelas” menua normal ditandai oleh perubahan gradual dan lambat laun dari fungsi-fungsi tertentu (Tjokronegroho Arjatmo dan Hendra Utama,1995).
·           Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Constantinides 1994). Proses menua merupakan proses yang terus menerus (berlanjut) secara alamiah dimulai sejak lahir dan umumnya dialami pada semua makhluk hidup (Nugroho Wahyudi, 2000).
2.1.2      Batasan Lansia
Menurut WHO, batasan lansia meliputi:
a.         Usia Pertengahan (Middle Age), adalah usia antara 45-59 tahun
b.        Usia Lanjut (Elderly), adalah usia antara 60-74 tahun
c.         Usia Lanjut Tua (Old), adalah usia antara 75-90 tahun
d.        Usia Sangat Tua (Very Old), adalah usia 90 tahun keatas

2.2         KANKER OVARIUM PADA LANSIA
2.2.1      Definisi
Kanker ovarium adalah tumor ganas pada ovarium (indung telur) yang paling sering ditemukan pada wanita berusia 50 – 70 tahun. Kanker ovarium bisa menyebar ke bagian lain, panggul, dan perut melalui sistem getah bening dan melalui sistem pembuluh darah menyebar ke hati dan paru-paru.
Kanker ovarium sangat sulit didiagnosa dan kemungkinan kanker ovarium ini merupakan awal dari banyak kanker primer. (Wingo, 1995)
2.2.2      ETIOLOGI
Penyebab kanker ovarium belum diketahui secara pasti. Akan tetapi banyak teori yang menjelaskan tentang etiologi kanker ovarium, diantaranya:
1.      Hipotesis incessant ovulation
Teori menyatakan bahwa terjadi kerusakan pada sel-sel epitel ovarium untuk penyembuhan luka pada saat terjadi ovulasi. Proses penyembuhan sel-sel epitel yang terganggu dapat menimbulkan proses transformasi menjadi sel-sel tumor.
2. Hipotesis androgen
Androgen mempunyai peran penting dalam terbentuknya kanker ovarium. Hal ini didasarkan pada hasil percobaan bahwa epitel ovarium mengandung reseptor androgen. Dalam percobaan in-vitro, androgen dapat menstimulasi pertumbuhan epitel ovarium normal dan sel-sel kanker ovarium.
2.2.3      PATOFISIOLOGI
Setiap hari, ovarium normal akan membentuk beberapa kista kecil yang disebut Folikel de Graff. Pada pertengahan siklus, folikel dominan dengan diameter lebih dari 2.8 cm akan melepaskan oosit mature. Folikel yang rupture akan menjadi korpus luteum, yang pada saat matang memiliki struktur 1,5 – 2 cm dengan kista ditengah-tengah. Bila tidak terjadi fertilisasi pada oosit, korpus luteum akan mengalami fibrosis dan pengerutan secara progresif. Namun bila terjadi fertilisasi, korpus luteum mula-mula akan membesar kemudian secara gradual akan mengecil selama kehamilan.
Kista ovari yang berasal dari proses ovulasi normal disebut kista fungsional dan selalu jinak. Kista dapat berupa folikular dan luteal yang kadang-kadang disebut kista theca-lutein. Kista tersebut dapat distimulasi oleh gonadotropin, termasuk FSH dan HCG. Kista fungsional multiple dapat terbentuk karena stimulasi gonadotropin atau sensitivitas terhadap gonadotropin yang berlebih.
Pada neoplasia tropoblastik gestasional (hydatidiform mole dan choriocarcinoma) dan kadang-kadang pada kehamilan multiple dengan diabetes, HCg menyebabkan kondisi yang disebut hiperreaktif lutein. Pasien dalam terapi infertilitas, induksi ovulasi dengan menggunakan gonadotropin (FSH dan LH) atau terkadang clomiphene citrate, dapat menyebabkan sindrom hiperstimulasi ovari, terutama bila disertai dengan pemberian HCG.
Kista neoplasia dapat tumbuh dari proliferasi sel yang berlebih dan tidak terkontrol dalam ovarium serta dapat bersifat ganas atau jinak. Neoplasia yang ganas dapat berasal dari semua jenis sel dan jaringan ovarium. Sejauh ini, keganasan paling sering berasal dari epitel permukaan (mesotelium) dan sebagian besar lesi kistik parsial. Jenis kista jinak yang serupa dengan keganasan ini adalah kistadenoma serosa dan mucinous. Tumor ovari ganas yang lain dapat terdiri dari area kistik, termasuk jenis ini adalah tumor sel granulosa dari sex cord sel dan germ cel tumor dari germ sel primordial. Teratoma berasal dari tumor germ sel yang berisi elemen dari 3 lapisan germinal embrional; ektodermal, endodermal, dan mesodermal.
Endometrioma adalah kista berisi darah dari endometrium ektopik.
2.2.4      TANDA DAN GEJALA
Gejala umum bervariasi dan tidak spesifik. Pada stadium awal berupa :
·           Haid tidak teratur
·           Ketegangan menstrual yang terus meningkat
·           Menoragia
·           Nyeri tekan pada payudara
·           Menopause dini
·           Rasa tidak nyaman pada abdomen
·           Dispepsia
·           Tekanan pada pelvis
·           Sering berkemih
·           Flatulenes
·           Rasa begah setelah makan makanan kecil
·           Lingkar abdomen yang terus meningkat
2.2.5      STADIUM
Stadium kanker ovarium primer menurut FIGO (Federation International  of  Ginecologies and Obstetricians ) 1987, adalah :
STADIUM  I  –>  pertumbuhan terbatas pada ovarium
1.        Stadium 1a : pertumbuhan terbatas pada suatu ovarium, tidak ada asietas yang berisi sel ganas, tidak ada pertumbuhan di permukaan luar, kapsul utuh.
2.        Stadium 1b : pertumbuhan terbatas pada kedua ovarium, tidak asietas, berisi sel ganas, tidak ada tumor di permukaan luar, kapsul intak.
3.        Stadium 1c : tumor dengan stadium 1a dan 1b tetapi ada tumor dipermukaan luar atau kedua ovarium atau kapsul pecah atau dengan asietas berisi sel ganas atau dengan bilasan peritoneum positif.
STADIUM  II  –>  Pertumbuhan pada satu atau dua ovarium dengan perluasan ke panggul
1.        Stadium 2a : perluasan atau metastasis ke uterus dan atau tuba
2.        Stadium 2b : perluasan jaringan pelvis lainnya
3.        Stadium 2c : tumor stadium 2a dan 2b tetapi pada tumor dengan permukaan satu atau kedua ovarium, kapsul pecah atau dengan asitas yang mengandung sel ganas dengan bilasan peritoneum positif.
STADIUM  III –> tomor mengenai satu atau kedua ovarium dengan implant di peritoneum di luar pelvis dan atau retroperitoneal positif. Tumor terbatas dalam pelvis kecil tetapi sel histologi terbukti meluas ke usus besar atau omentum.
1.        Stadium 3a : tumor terbatas di pelvis kecil dengan kelenjar getah bening negatif tetapi secara histologi dan dikonfirmasi secara mikroskopis terdapat adanya pertumbuhan (seeding) dipermukaan peritoneum abdominal.
2.        Stadium 3b : tumor mengenai satu atau kedua ovarium dengan implant dipermukaan peritoneum dan terbukti secara mikroskopis, diameter melebihi 2 cm, dan kelenjar getah bening negativ.
3.        Stadium 3c : implant di abdoment dengan diameter > 2 cm dan atau kelenjar getah bening retroperitoneal atau inguinal positif.
STADIUM IV –> pertumbuhan mengenai satu atau kedua ovarium dengan metastasis jauh. Bila efusi pleura dan hasil sitologinya positif dalam stadium 4, begitu juga metastasis ke permukaan liver.
2.2.6      PENEGAKAN DIAGNOSA
Sebagian besar kanker ovarium bermula dari suatu kista. Oleh karena itu, apabila pada seorang wanita ditemukan suatu kista ovarium harus dilakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk menentukan apakah kista tersebut bersifat jinak atau ganas (kanker ovarium).


Ciri2 kista yang bersifat ganas yaitu pada keadaan :
1.                  Kista cepat membesar
2.                  Kista pada usia remaja atau pascamenopause
3.                  Kista dengan dinding yang tebal dan tidak berurutan
4.                  Kista dengan bagian padat
5.                  Tumor pada ovarium
Pemeriksaan lanjutan untuk memperkuat dugaan ke arah kanker ovarium seperti :
·           USG dengan Doppler untuk menentukan arus darah
·           Jika diperlukan, pemeriksaan CT-Scan/ MRI
·           Pemeriksaan tumor marker seperti Ca-125 dan Ca-724, beta – HCG dan alfafetoprotein
Semua pemeriksaan belum bisa memastikan diagnosis kanker ovarium, akan tetapi hanya sebagai pegangan untuk melakukan tindakan operasi.
2.2.7      PENATALAKSANAAN
Sebagian besar kanker ovarium memerlukan pengobatan dengan kemoterapi. Hanya kanker ovarium stadium awal saja (stadium 1a dan 1b dengan derajat diferensiasi sel yang baik/sedang) yang tidak memerlukan kombinasi pengobatan. Kemoterapi diberikan sebanyak 6 seri dengan interval 3 – 4 minggu sekali dengan melakukan pemantauan terhadap efek samping kemoterapi secara berkala terhadap sumsum tulang, fungsi hati, fungsi ginjal, sistem saluran cerna, sistem saluran cerna, sistem saraf dan sistem kardiovaskuler.
Penatalaksanaan yang sesuai dengan stadium yaitu :
•             Operasi (stadium awal)
•             Kemoterapi (tambahan terapi pada stadium awal)
•             Radiasi (tambahan terapi untuk stadium lanjut)









BAB 3
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

3.1         PENGKAJIAN
            Hal-hal yang perlu di kaji pada klien adalah :
a.         Data diri klien
b.        Data biologis/fisiologis –> keluhan utama, riwayat keluhan utama
c.         Riwayat kesehatan masa lalu
d.        Riwayat kesehatan keluarga
e.         Riwayat reproduksi –> siklus haid, durasi haid
f.         Riwayat obstetric –> kehamilan, persalinan, nifas, hamil
g.        Pemeriksaan fisik
h.        Data psikologis/sosiologis–> reaksi emosional setelah penyakit diketahui

3.2         DIAGNOSA KEPERAWATAN
a.         Nyeri akut b.d agen cidera biologi
b.        Perubahan citra tubuh dan harga diri b.d perubahan dalam penampilan fungsi dan peran
c.         Risiko tinggi terhadap disfungsi seksual b.d perubahan struktur atau fungsi tubuh, perubahan kadar hormone

3.3         TUJUAN DAN INTERVENSI
Diagnosa 1 : Nyeri akut b.d agen cidera biologi
Tujuan : Klien merasa reda dari nyeri dan ketidaknyamanan yang ditimbulkan
Intervensi :
a.         Kaji karakteristik nyeri : lokasi, kualitas, frekuensi
b.        Kaji faktor lain yang menunjang nyeri, keletihan, marah pasien
c.         Kolaborasi dengan tim medis dalam memberi obat analgesic
d.        Jelaskan kegunaan analgesic dan cara-cara untuk mengurangi efek samping
e.         Ajarkan klien strategi baru untuk meredakan nyeri dan ketidaknyamanan: imajinasi, relaksasi, stimulasi kutan
Diagnosa 2 : Perubahan citra tubuh dan harga diri b.d perubahan dalam penampilan fungsi dan peran
Tujuan : Klien dapat memperbaiki persepsi citra tubuh dan harga dirinya.


Intervensi :
a.         Kaji perasaan klien tentang citra tubuh dan tingkat harga diri
b.        Berikan dorongan untuk keikutsertaan kontinyu dalam aktifitas dan pembuatan keputusan
c.         Berikan dorongan pada klien dan pasangannya untuk saling berbagi kekhawatiran tentang perubahan fungsi seksual dan menggali alternatif untuk ekspresi seksual yang lazim
Diagnosa 3 : Resiko tinggi terhadap disfungsi seksual b.d perubahan struktur atau fungsi tubuh, perubahan kadar hormon
Tujuan :   Klien menyatakan paham tentang perubahan struktur dan fungsi seksual.
·           Mengidentifikasi kepuasan/ praktik seksual yang diterima dan beberapa alternatif cara mengekspresikan keinginan seksual
Intervensi :
a.         Mendengarkan pernyataan klien dan pasangan
b.        Diskusikan sensasi atau ketidaknyamanan fisik, perubahan pada respons individu
c.         Kaji informasi klien dan pasangan tentang anatomi/ fungsi seksual dan pengaruh prosedur pembedahan
d.        Identifikasi faktor budaya/nilai budaya
e.         Bantu klien untuk menyadari atau menerima tahap berduka
f.         Dorong klien untuk menyadari atau menerima tahap berduka
g.        Dorong klien untuk berbagi pikiran/masalah dengan orang terdekatnya
h.        Berikan solusi masalah terhadap masalah potensial. ex : menunda koitus seksual saat kelelahan











BAB 4
PENUTUP

a.         Kanker ovarium adalah tumor ganas pada ovarium (indung telur) yang paling sering ditemukan pada wanita berusia 50 – 70 tahun. Kanker ovarium bisa menyebar ke bagian lain, panggul, dan perut melalui sistem getah bening dan melalui sistem pembuluh darah menyebar ke hati dan paru-paru.
b.        Waspadai tanda dan gejala Kanker Ovarium :
Gejala umum bervariasi dan tidak spesifik. Pada stadium awal berupa :
1)        Haid tidak teratur
2)        Ketegangan menstrual yang terus meningkat
3)        Menoragia
4)        Nyeri tekan pada payudara
5)        Menopause dini
6)        Rasa tidak nyaman pada abdomen
7)        Dispepsia
8)        Tekanan pada pelvis
9)        Sering berkemih
10)    Flatulenes
11)    Rasa begah setelah makan makanan kecil
12)    Lingkar abdomen yang terus meningkat














DAFTAR PUSTAKA

Augusfarly, (2008). Askep dengan klien ovarium.
Capenito, LJ.(2001). Buku Saku Keperawatan, Edisi VIII. Penerjemah Monica Ester, SKp. Jakarta : EGC.
Engram, Barbara. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan Medical Bedah, Vol.3. Jakarta : EGC.
Farrer, Helen. (2001). Maternity Care, Edisi II. Jakarta: EGC.
http://augusfarly.wordpress.com/2008/09/14/asuhan-keperawatan-dengan-klien-ovarium/. Diakses tanggal 08 Desember 2010.
http://fordearest.wetpaint.com/page/kista+ovarium. Diakses tanggal 08 Desember 2010.
http://medlinux.blogspot.com/2007/09/kistoma ovarii.html. Diakses tanggal 08 Desember 2010.
http://www.blogdokter.net/2008/05/30/kista-ovarium/. Diakses tanggal 08 Desember 2010.
Ignatividus Donna, Bayne Varner Marihenn (1991). Medical Surgical Nursing : Anurse Process Approch. USA : W.B. Sounders Company.
Long Barbara. C (1996). Keperawatan Medical Bedah, Edisi II, USA. The CV Mousby Company.
NANDA 2005, Nursing diagnoses : Definition and classification 2005-2006, NANDA International, Philadelphia.
Ropper, Nancy. (1996). Prinsip-prinsip Keperawatan. Alih bahasa Andry Hartono Yogyakarta. Yayasan Essentia Medika
Wilkinson, J. W 2006, Buku saku diagnosis keperawatan dengan intervensi NIC dan kriteria hasil NOC, Edisi 7, EGC, Jakarta.
Wiknjosastro.et.all. (1999). Ilmu kandungan, Edisi II. Jakarta : YBP SP

William Helm, C. Ovarian Cysts. 2005 American College of Obstetricians and Gynecologists ( cited 2005 September 16 ). Available at http://emedicine.com