ANATOMI
FISIOLOGI SISTEM PERKEMIHAN
A. Fisiologi Sistem Perkemihan.
1.
Pengertian
Sistem
perkemihan merupakan suatu sistem dimana terjadinya proses penyaringan darah
sehingga darah bebas dari zat-zat yang yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan
menyerap zat-zat yang masih dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak
dipergunakan lagi oleh tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa urin (air
kemih). Susunan sistem perkemihan terdiri dari: a) dua ginjal (ren) yang
menghasilkan urin, b) dua ureter yang membawa urin dari ginjal ke vesika
urinaria (kandung kemih), c) satu vesika urinaria (VU), tempat urin
dikumpulkan, dan d) satu urethra, urin dikeluarkan dari vesika urinaria.
2.
Ginjal (Ren)
Ginjal
terletak pada dinding posterior abdomen di belakang peritoneum pada kedua sisi
vertebra thorakalis ke 12 sampai vertebra lumbalis ke-3. Bentuk ginjal seperti
biji kacang. Ginjal kanan sedikit lebih rendah dari ginjal kiri, karena adanya
lobus hepatis dexter yang besar.
3.
Fungsi ginjal
Fungsi
ginjal adalah a) memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat toksis atau
racun, b) mempertahankan suasana keseimbangan cairan, c) mempertahankan
keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh, dan d) mengeluarkan
sisa-sisa metabolisme akhir dari protein ureum, kreatinin dan amoniak.
4.
Fascia Renalis terdiri dari:
Fascia
renalis terdiri dari ; a). fascia (fascia renalis), b). Jaringan lemak peri
renal, dan c). kapsula yang sebenarnya (kapsula fibrosa), meliputi dan melekat
dengan erat pada permukaan luar ginjal.
5.
Struktur Ginjal.
Setiap
ginjal terbungkus oleh selaput tipis yang disebut kapsula fibrosa, terdapat
cortex renalis di bagian luar, yang berwarna cokelat gelap, dan medulla renalis
di bagian dalam yang berwarna cokelat lebih terang dibandingkan cortex. Bagian
medulla berbentuk kerucut yang disebut pyramides renalis, puncak kerucut tadi
menghadap kaliks yang terdiri dari lubang-lubang kecil disebut papilla renalis.
Hilum adalah
pinggir medial ginjal berbentuk konkaf sebagai pintu masuknya pembuluh darah,
pembuluh limfe, ureter dan nervus.. Pelvis renalis berbentuk corong yang
menerima urin yang diproduksi ginjal. Terbagi menjadi dua atau tiga calices
renalis majores yang masing-masing akan bercabang menjadi dua atau tiga calices
renalis minores.Stru
ktur halus ginjal terdiri dari banyak nefron yang merupakan unit fungsional
ginjal. Diperkirakan ada 1 juta nefron dalam setiap ginjal. Nefron terdiri dari
: Glomerulus, tubulus proximal, ansa henle, tubulus distal dan tubulus
urinarius.
6.
Proses pembentukan urin
Tahap pembentukan
urin.
a.
Proses Filtrasi ,di glomerulus.
Terjadi
penyerapan darah, yang tersaring adalah bagian cairan darah kecuali protein.
Cairan yang tersaring ditampung oleh simpai bowmen yang terdiri dari glukosa,
air, sodium, klorida, sulfat, bikarbonat dll, diteruskan ke tubulus ginjal.
cairan yang di saring disebut filtrate gromerulu
b.
Proses Reabsorbsi.
Pada proses
ini terjadi penyerapan kembali sebagian besar dari glikosa, sodium, klorida,
fospat dan beberapa ion bikarbonat. Prosesnya terjadi secara pasif (obligator
reabsorbsi) di tubulus proximal. sedangkan pada tubulus distal terjadi kembali
penyerapan sodium dan ion bikarbonat bila diperlukan tubuh. Penyerapan terjadi
secara aktif (reabsorbsi fakultatif) dan sisanya dialirkan pada papilla
renalis.
c.
Proses sekresi.
Sisa dari
penyerapan kembali yang terjadi di tubulus distal dialirkan ke papilla renalis
selanjutnya diteruskan ke luar.
7.
Pendarahan.
Ginjal mendapatkan darah dari aorta abdominalis yang mempunyai percabangan
arteria renalis, arteri ini berpasangan kiri dan kanan. Arteri renalis
bercabang menjadi arteria interlobularis kemudian menjadi arteri akuarta.
Arteri interlobularis yang berada di tepi ginjal bercabang menjadi arteriolae
aferen glomerulus yang masuk ke gromerulus. Kapiler darah yang meninggalkan
gromerulus disebut arteriolae eferen gromerulus yang kemudian menjadi vena
renalis masuk ke vena cava inferior.
8.
Persarafan Ginjal.
Ginjal
mendapatkan persarafan dari fleksus renalis(vasomotor). Saraf ini berfungsi
untuk mengatur jumlah darah yang masuk ke dalam ginjal, saraf ini berjalan
bersamaan dengan pembuluh darah yang masuk ke ginjal.
9.
Ureter.
Terdiri dari
2 saluran pipa masing-masing bersambung dari ginjal ke vesika urinaria.
Panjangnya ± 25-30 cm, dengan penampang 0,5 cm. Ureter sebagian terletak pada
rongga abdomen dan sebagian lagi terletak pada rongga pelvis.
Lapisan dinding ureter terdiri dari:
-
Dinding luar
jaringan ikat (jaringan fibrosa)
-
Lapisan tengah lapisan otot polos.
-
Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa
Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan-gerakan peristaltic yang
mendorong urin masuk ke dalam kandung kemih.
10.
Vesika Urinaria (Kandung Kemih).
Vesika
urinaria bekerja sebagai penampung urin. Organ ini berbentuk seperti buah pir
(kendi). letaknya d belakang simfisis pubis di dalam rongga panggul. Vesika urinaria dapat mengembang dan mengempis seperti balon karet.
Dinding kandung kemih terdiri
dari:
a.
Lapisan sebelah luar (peritoneum).
b.
Tunika muskularis (lapisan berotot).
c.
Tunika submukosa.
d.
Lapisan mukosa (lapisan bagian
dalam).
11.
Uretra
Merupakan
saluran sempit yang berpangkal pada vesika urinaria yang berfungsi menyalurkan
air kemih ke luar.
Pada
laki-laki panjangnya kira-kira 13,7-16,2 cm, terdiri dari:
a.
Urethra pars Prostatica
b.
Urethra pars membranosa ( terdapat
spinchter urethra externa)
c.
Urethra pars spongiosa.
Urethra pada wanita panjangnya kira-kira 3,7-6,2 cm (Taylor), 3-5 cm
(Lewis). Sphincter urethra terletak di sebelah atas vagina (antara clitoris dan
vagina) dan urethra disini hanya sebagai saluran ekskresi.
Dinding urethra terdiri dari 3 lapisan:
a.
Lapisan otot polos, merupakan
kelanjutan otot polos dari Vesika urinaria
mengandung jaringan elastis dan
otot polos. Sphincter urethra menjaga agar urethra tetap tertutup.
b. Lapisan submukosa, lapisan longgar mengandung pembuluh darah dan saraf.
c.
Lapisan mukosa.
12.
Urin (Air Kemih).
Sifat fisis air kemih, terdiri dari:
a.
Jumlah ekskresi
dalam 24 jam ± 1.500 cc tergantung dari pemasukan
(intake) cairan dan faktor lainnya.
b.
Warna, bening
kuning muda dan bila dibiarkan akan menjadi
keruh.
c.
Warna, kuning
tergantung dari kepekatan, diet obat-obatan dan sebagainya.
d.
Bau, bau khas
air kemih bila dibiarkan lama akan berbau amoniak.
e.
Berat jenis 1,015-1,020.
f.
Reaksi asam, bila lama-lama menjadi
alkalis, juga tergantung dari pada diet (sayur menyebabkan reaksi alkalis dan
protein member reaksi asam).
Komposisi air kemih, terdiri dari:
a.
Air kemih terdiri dari kira-kira 95%
air.
b.
Zat-zat sisa
nitrogen dari hasil metabolisme protein, asam urea amoniak dan
kreatinin.
c.
Elektrolit,
natrium, kalsium, NH3, bikarbonat, fospat dan sulfat.
d.
Pagmen (bilirubin dan urobilin).
e.
Toksin.
f.
Hormon.
13.
Mikturisi
Mikturisi ialah proses pengosongan kandung kemih setelah terisi dengan
urin. Mikturisi melibatkan 2 tahap utama, yaitu:
a.
Kandung kemih
terisi secara progresif hingga tegangan pada dindingnya meningkat melampaui nilai ambang batas
(Hal ini terjadi bila telah
tertimbun 170-230 ml urin), keadaan ini akan mencetuskan tahap ke 2.
b.
Adanya refleks saraf (disebut
refleks mikturisi) yang akan mengosongkan kandung kemih.
Pusat saraf
miksi berada pada otak dan spinal cord (tulang belakang) Sebagian besar
pengosongan di luar kendali tetapi pengontrolan dapat di pelajari “latih”.
Sistem saraf simpatis : impuls menghambat Vesika Urinaria dan gerak spinchter
interna, sehingga otot detrusor relax dan spinchter interna konstriksi. Sistem
saraf parasimpatis: impuls menyebabkan otot detrusor berkontriksi, sebaliknya
spinchter relaksasi terjadi MIKTURISI (normal: tidak nyeri).
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK PADA SISTEM PERKEMIHAN
B. Urinalisis
Urialisis dapat meberikan informasi klinik yang penting. Urinalisis merupakan pemeriksaan rutin pad sebagian besar kondisi klinis, pemeriksaan urin menangkup evluasi hal-hal berikut:
1.
Observasi warna dan kejernihan urin.
2.
Pengkajian bau urin
3.
Pengukuran keasaman dan berat jenis urin.
4.
Tes untuk memeriksa keberadaan protein, glukosa, dan
badan keton dalam urin (masing-masing untuk proteinuria, glukosuria, da
ketonoria)
5.
Pemeriksaan mikroskopik sedimen urin sesudah melakukan
pemusingan (centrifuging) untuk mendeteksi sel darah merah (hematuria), sel
darah putih, slinder (silindruria), Kristal (kristaluria), pus (piuria) dan
bakteri (bakteriuria).
Cara Pengumpulan Sampel Urin :
Pengumpulan
sampel urin dilakukan sewaktu bangun tidur pagi, karena specimen ini lebih
pekat dan lebih besar kemungkinannya untuk mengungkapkan abnormalitas. Spesimen
tersebut dikumpulkan dalam wadah yang bersih dan dilindungi terhadap
kontaminasi bakteri serta perubahan kimiawai. Semua specimen harus diseimpan
dalam lemari pendingin. Karena jika dibiarkan dalam suhu kamar urin akan
menjadi alkalis akibat kontaminasi bakteri pemecah ureum dari lingkungan
sekitarnya.
C. Pemeriksaan Fungsi Ginjal
Tes fungsi ginjal
dilakukan untuk mengevaluasi beratnya penyakit ginjal dan mengikuti perjlanan
klinik. Pemeriksaan ini juga memberikan informasi tentang efektifitas ginjal
dalam melaksanakan fungsi ekskresinya. Fungsi ginjal dapat dikaji secara lebih
akurat jika dilakukan dibeberapa pemeriksaan dan kemudian asilnya dianalisis
bersama. Pemeriksaan fungsi ginjal yang umum dilakukan adalah kemampuan
pemekatan ginjal klirens kreatinin, kadar kreatinin serum dan nitrogen urea
darah (BUN).
1.
Ultrasound
Ultrasound atau pemeriksaaan USG menggunakan gelombang suara yang dipancarakan ke dalam tubuh untuk mendeteksi abnormalitas. Organ-organ dalam system urinarius akan menghasilkan gambar-gambar ultrasound yang khas. Abnormalitas seperti akumulasi cairan, massa, malformasi, perubahan ukuran organ ataupun obstruksi dapat diidentifikasi. Pemeriksaan USG merupakan teknik noninvasif dan tidak memerlukan persiapan khusus kecuali menjelaskan prosedur serta tujuannya kapada pasien. Karena sensitivitasnya, pemeriksaan USG telah menggantikan banyak prosedur diagnosis lainnya sebagai tindakan diagnostic pendahuluan.
2.
Pemeriksaan Sinar-X dan Pencitraan lainnya
Dalam pemeriksaan ini dibagi ke dalam beberapa macam, yaitu :
a.
Kidney, Ureter and Bladder (KUB)
Pemeriksaan radiologi abdomen yang dikenal dengan istilah KUB dapat dilaksanakan untuk melihat ukuran, bentuk serta posisi ginjal dan mengidentifikasi semua kelainan seperti batu dalam ginjal atau traktus urinarius, hidronefrosis (distensi pelvis ginjal), kista, tumor atau pergeseran ginjal akibat abnormalitas pada jaringan disekitarnya.
b.
Pemindai CT dan Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Pemeriksaan pemindai CT dan MRI merupakan teknik noninvasive yang akan memberikan gambar penampang ginjal serta saluran kemih yang sangat jelas. Kedua pemeriksaan ini akan memberikan informasi tentang luasnya lesi invasive pada ginjal.
c.
Urografi Intravena (Ekskretori Urogram atau
intravenous pyelogram)
Pemeriksaan urografi
intravena yang juga dikenal dengan nama intravenous pyelogaram(IVP)
memungkinkan visualisasi ginjal ureter dan kandung kemih. Media kontras
radiopaque disuntikan secara intravena dan kemudian dibersihkan dari dalam
darah serta dipekatkan oleh ginjal. Tebal nefrotomogram dapat dilaksanakan
sebagai bagian dari pemeriksaan untuk melihat berbagai lapisan ginjal serta
struktur difus dalam setiap lapisan dan untuk membedakan massa atau lesi yang
padat dari kista didalam ginjal atau trakrus urinarius. Pemeriksaaan IVP
dilaksanakan sebagai bagian dari penkajian pendahuluan terhadap semua masalah
urologi yang dicurigai, khususnya dalam menegakan diagnose lesi pada ginjal dan
ureter. Pemeriksaan ini juga memberikan perkiraan kasar terhadap fungsi ginjal.
Sesudah media kontras (sodium diatrisoat atau meglumin diatrisoat) disuntikan
secara intravena, pembuatan foto rontgen yang multiple dan seril yang dilakukan
untuk melihat struktur drainase.
d.
Pielografi retrograd. Dalam pielografi retrograd,
kateter uretra dimasukan lewat ureter ke dalam pelvis ginjal dengan bantuan
sistoskopi. Kemudian media kontras dimasukkan dengan gravitasi atau penyuntikan
melalui kateter. Pielografi retrograd biasanya dilakukan jika pemeriksaan IVP
kurang memperlihatkan dengan jelas system pengumpul. Pemeriksaan pielografi
retrograd jarang dilakukan dengan semakin majunya teknik-teknik yang digunakan
dalam urografi ekskretorik.
e.
Infusion drip pyelography merupakan pemberian lewat
infuse larutan encer media kontras dengan volume yang besar untuk menghasilkan
opasitas parenkim ginjal dan mengisi seluruh traktus urinarius. Metode ini
berguna bila teknik urografi yang biasa dikerrjakan tidak berhasil memperlihatkan
struktur drainase.
f.
Sistogram, sebuah kateter dimasukkan kedalam kandung
kemih, dan kemudian media kontras disemprotkan untuk mellihat garis besar
dinding kandung kemih serta membantu dalam mengevaluasi refluks vesikouretral.
Sistogram juga dilakukan bersama dengan perekaman tekanan yang dikerjakan
secara bersamaan di dalam kandunng kemih.
g.
Sistouretrogram menghasilkan visualilsasi uretra dan
kandung kemih yang bisa dilakukan melalui penyuntikan retrograde media kontras
ke dalam uretra serta kandunng kemih atau dengan pemeriksaan sinar X sementara
pasien mengekskresikan media kontras.
h.
Angiografi renal. Prosedur ini memungkinkan
visualisasi arteri renalis. Arteri femoralis atau aksilaris ditusuk dengan
jarum khusus dan kemudian sebuah kateter disisipkan melalui arteri femoralis
serta iliaka ke dalam aorta atau arteri renalis. Media kontras disuntikkan
untuk menghasilkan opasitas suplai arteri renalis. Angiografi memungkinkan
evaluasi dinammika aliran darah, memperlihatkan vaskulatur yang abnormal dan
membantu membedakan kista renal dengan tumor renal.
3.
Endourologi (prosedur endoskopi urologi)
4.
Pemeriksaan sistoskopi
merupakan metode untuk melihat lanngsung uretra dan kandung kemih. Alat sistokop, yang dimasukan melalui uretra ke dalam kandung kemih, memiliki system lensa optis yang sudah ada pada alat itu sendiri sehingga akan meemberikan gambar kandung kemih yang diperbesar dan terang. Sistoskop tersebut dapat dimanipulasi untuk memungkinkan visualisasi uretra dan kandung kemih secara lengkap selain visualisasi orifisium uretra dan uretra pars prostatika. Kateter uretra yang halus dapat dimasukan melalui sistoskop sehingga ureterdan pelvis ginjal dapat dikaji. Sistoskop juga memungkinkanahli urologi untuk mendapatkan spesimen urin dari setiap ginjal guna mengevaluasi fungsi ginjal tersebut. Alat forceps dapat dimasukkan melalui sistoskop untuk keperluan biopsi. Batu dapat dikeluarkan dari uretra, kandung kemih dan ureter melalui sistoskop. Alat endoskop dimasukkan dengan melihatnya secara langsung. Uretra dan kandunng kemih diinspeksi. Larutan irigasi steril disemprotkan untuk menimbulkan distensi kandung kemih dan membilas keluar semua bekuan darah sehinngga visualisasi menjadi lebih baik. Penggunaan cahaya denngan intensitas tinggi dan lensa yang bisa ditukar-tukar memungkinkan visualisasi yang sangat baik serta memudahkan pembuatan gambar-gambar yang diam dan yang bergerak dari struktur ini. Sebelum melaksanakan prosedur pemeriksaan dapat diberikan preparat sedativ. Anestesi topical local disemprotkan kedalam uretra sebelum ahli urologi memasukkan alat sistoskop. Pemberian diazepam (valium) intravena bersama dengan preparat anestesi topical uretra dapat diberikan. Sebagai alternative lain dapat dilakukan anestesi spinal atau umum.
Setelah menjalani pemeriksaan sistoskopik, kadang-kadang penderita kelainan patologik obstruktif mengalami retensi urin sebagai akibat dari edema yang disebabkan oleh instrumentasi. Penderita hyperplasia prostat harus dipantau dengan cermat akan adanya kemungkinan retensi urin. Pasien yang menjalani instrumentasi traktus urinarus (yaitu, sistoskopi) perlu dipantau untuk mendeteksi tanda-tanda dan gejala infeksi urinarius. Edema uretra yang terjadi sekunder akibat trauma local dapat menyumbat aliran urin, oleh karena itu pemantauan akan adanya tanda-tanda dan gejala obstruksi pada pasien juga perlu dilakukan.
2. Brush biopsy ginjal dan uretra
Teknik brush biopsy akan menghasilkan informasi yang spesifik apabila hasil pemeriksaan radiologi ureter atau pelvis ginjal yang abnormal tidak dapat menunjukan apakah kelainan tersebut merupakan tumor, batu, bekuan darah atau hanya artefak. Pertama-tama dilakukan pemeriksaan sistoskopik. Kemudian dipasang kateter uretra yang di ikuti oleh tindakan memasukkan alat sikat khusus (biopsy brush) melalui kateter tersebut. Kelainan yang dicurigai disikat maju mundur secara teratur untuk mendapatkan sel-sel dan fragmen jaringan permukaan untuk pemeriksaan analisis histology. Setelah prosedur pemeriksaan selesai dilakukan, pemberian cairan infus dapat dilakukan untuk membersihkan ginjal dan mencegah pembentukan bekuan darah. Urin dapat mengandung darah (yang biasanya menjadi jernih dalam waktu 24-48 jam) akibat perembesan pada tempat penyikatan.
3. Endoskopi renal (nefroskopi)
Merupakan pemeriksaan dengan cara memasukkan fiberskop kedalam pelvis ginjal melalui luka insisi (pielotomi) atau secara perkkutan untuk melihat bagian dalam pelvis ginjal, mengelluarkan batu, melakukan biopsi lesi yang kecil dan membantu menegakan diagnose hematuria serta tumor renal tertentu.
4. Biopsi ginjal
Bopsi ginjal dilakukan dengan menusukan jarum biopsi melalui kulit kedalam jaringan renal atau dengan melakukan biopsi terbuka melalui luka insisi yang kecil didaerah pinggang. Pemeriksaan ini berguna untuk mengevaluasi perjalanan penyakit ginjal dan mendapatkan specimen bagi pemeriksaan mikroskopik electron serta imunofluoresen, khususnya bagi penyakit glomerulus.Sebelum biopsi dilakukan, pemeriksan koagulasi perlu dilakukan lebih dahulu untuk mengidentifikasi setiap resiko terjadinya perdarahan pascabiopsi.
Prosedur, pasien dipuasakan selama 6 hingga 8 jam sebelum pemeriksaan. Set infuse dipasang. Spesimen urin dikumpulkan dan disimpan untuk dibandingkan dengan specimen pascabiopsi. Jika akan dilakukan biopsi jarum pasien diberitahukan agar menahan nafas ketika jarum biopsi ditusukan. Pasien yang sudah dalam keadaan sedasi di tempatkan dalam posisi berbaring telungkup dengan bantal pasir diletakan dibawah perut. Kulit pada lokasi biopsy diinfiltrasi denngan preparat anestesi local. Lokasi jarum dapat dipastikan melalui fluuoroskopi atau ultrasound dengan menggunakan teknik khusus. Pada biopsi terbuka dilakukan insisi yang kecil didaerah ginjal dapat dilihat secara langsung.
5. Pemeriksaan radio isotop
Merupakan tindakan noninvasive yang tidak mengganggu prosesfisiologik normal dan tidak memerlukan persiapan pasien yang khusus. Preparat radiofarmaseutikal disuntikan intravena. Pemeriksaan dilakukan dengan kamera skintilasi yang ditempatkan disebelah posterior ginjal sementara pasien berada dalam posisi telentang,telungkup atau duduk. Gambar yang dihasilkan (yang disebut pemindai) menunjukan distribusi preparat radiofarmaseutikal didalam ginjal. Pemeriksaan pemindai Tc menghasilkan informasi tentang perfusi ginjal dan sangat berguna untuk menunjukan fungsi ginjal yang buruk. Pemeriksaan pemindai hippurate memberikan informasi tentang fungsi ginjal.
6. Pengukuran urodinamik
Pengukuran urodinamik menghasilkan berbagai pemeriksaan fisiologik dan structural untuk mengevaluasi fungsi kandung kemih serta uretra dengan mengukur :
a. Kecepatan aliran urin
b. Tekanan kandung
kemih pada saat buang air kecil dan saat istirahat
c. Resitensi uretra
internal
d. Kontras serta
relaksasi kandung kemih
Tekanan abdominal ,
kandung kemih serta detrusor, aktivitas sfingter, inervasi kandung kemih, tonus
otot dan reflex sacrum dikaji. Berikut ini merupakan pengukuran urodinamik yang
paling sering dilakukan :
Uroflometri (kecepatan
aliran) merupakan rekaman volume urin yang mengalir melalui ureter per satuan
waktu (ml/s)
f. Sistometrogram merupakan rekaman grafik tekanan dalam kadung kemih (intra vesikal)
pada berbagai fase
pengisian dan pengosongan kandung kemih untukmengkaji fungsinya. Selama
prosedur pemeriksaan dilakukan, jumlah cairan yang dimasukan dan
dikeluarkandari kandung kemih disamping rasa penuh pada kandung kemih dan
keinginan untuk buang air kecil harus dicatat. Kemudian semua hasil ini
dibandingkandengan tekanan yang diukur dalam kandung kemih selama pengisian
kandung kemih dan berkemih. Pertama-tama pasien diminta untuk berkemih, dan
dokter mengamati lamanya waktu yang diperlukan untuk memulai, ukuran, kekuatan
serta kontinuitas aliran urin, dan derajat mengajan serta adanya hesitancy.
Kateterretensi dimasukan melalui uretra kedalam kandung kemih. Volume sisa
diukur dan kateter tersebut dibiarkan pada tempatnya. Kateter uretral
dihubungkan dengan manometer air, dan larutan steril dibiarkan mengalir kedalam
kandung kemih dengan kecepatan biasanya 1 ml/s. pasien memberitahukan dokter pada
saat terasa ingin buang air kecil, dan pada saat kandung kemih terasa penuh.
Derajat pengisian kandung kemih pada kedua situasi ini dicatat. Tekanan diatas
tingkat nol pada simfisis pubis diukur, dan tekanan serta volume dalam kandung
kemih diukur serta dicatat.
g. Profil tekanan uretra mengukur resitensi uretra disepanjang uretra. Gas dan cairan dimasukkan melalui sebuah kateter yang ditarik keluar sambil mengukur tekanan disepanjang dinding uretra.
h. Sistouretrogram memungkinkan visualisasi uretra dan kandung kemih yang dapat dilakukandengn penyntikan retrograd atau dengan mengeliminasi media kontras.
i. Pada voiding cystourethogram, kandung kemih diisi dengan media kontras dan pasien berkemih sementara foto-foto spot dibuang dpengn cepat. Ada tidaknnya refluks vesikouretral atau kelainan congenital pada traktus urinarius inferior dapat diperlihatkan. Voidingcystourethrogram juga digunakan untuk menyelidiki kesulitan dalam pengosongan kandung empedu dan inkontinensia.
j. Elektromiografi meliputi penempatan elektroda dalam otot dasar panggul dan fingter ani untuk
mengevaluasi fungsi neuromuskuler traktus
urinarius inferior.
semoga bermanfaat, aamiin..
0 comments:
Posting Komentar